The Last Person on Earth [Cerpen]

(This beautiful photo from: di sini)

"If I could turn back time, dive into New World.” –New World, ONF

Di Bumi, hanya tersisa satu orang manusia. Setelah sebuah wabah misterius melanda Bumi dan melenyapkan hampir seluruh manusia yang ada, hanya satu orang yang berhasil selamat. Orang itu adalah satu-satunya yang memiliki antibodi yang kuat, yang menjadikannya manusia terakhir yang dapat bertahan di Bumi. 

Apa yang terjadi padanya?

Bagaimana ia akan menjalani hidup –atau bisakah ia tetap hidup?

Wabah telah mereda bersamaan dengan musnahnya hampir seluruh manusia di Bumi, Kota-kota sangat kacau, dan Bumi mendekati kehancuran.

Aku sendiri tidak bisa membayangkan bagaimana jika aku menjadi satu-satunya manusia di Bumi. Aku mungkin akan sangat ketakutan, dan bingung, benar-benar tak karuan. Menjadi sendirian di Bumi—atau di manapun itu akan sangat menakutkan.

Mau kuceritakan apa yang terjadi padanya?

Baiklah, aku akan menceritakannya.

Suatu ketika ia terbangun dan mendapati bahwa semua manusia telah lenyap. Ia mendapati Kotanya tak berpenghuni, persis seperti Kota Mati. Tak ada siapapun, ia sendirian, benar-benar sendirian. Dengan kebingungan, ia terus bergerak mencari keberadaan manusia lain, namun sejauh apapun ia berjalan, hanya mayat-mayat membusuk yang terlihat. 

Semakin ia berjalan, semakin ia merasa ketakutan. Di antara mayat-mayat yang berserakan, ia menemukan keluarganya, teman-temannya, dan semua orang yang pernah ia kenal. Suasana senyap. Beberapa burung gagak bertengger di sepanjang mayat manusia yang membusuk itu. Aroma tidak sedap tercium di mana-mana. Ia ingin muntah.

Ia berusaha mengingat apa yang telah terjadi. Namun sekeras apapun ia berusaha, memorinya tak kembali. Ia tak mengingat apapun, kecuali satu hal, sebuah wabah penyakit. Kepalanya berdenyut, nyeri. Sambil terduduk, ia terus bertanya-tanya mengenai apa sebenarnya yang telah terjadi. Ingatannya terhenti di tahun 2020.

Sampai langit menggelap, ia tak kunjung beranjak. Ia ketakutan, juga kebingungan. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Bahkan hingga matahari terbit lagi sampai kemudian tenggelam, ia masih tetap tak beranjak. Tatapannya kosong, mengarah pada mayat-mayat membusuk yang berserakan, serta lalu lalang hewan-hewan aneh yang tak pernah ia ketahui.

Hujan mulai turun, untuk pertama kalinya ia menatap langit. Begitu biru. Ada satu hal yang tiba-tiba terlintas di pikirannya. Ia harus tetap hidup. Ia yakin, masih ada manusia lain di suatu tempat di Bumi ini yang hidup sepertinya. Ia akan menemukan orang itu, tak peduli di manapun, selama masih di Bumi. 

Hari itu, yang entah hari apa, ia beranjak dari tempatnya dan berusaha untuk tetap hidup. Ia kemudian menjelajah hampir ke semua tempat. Berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan hingga bertahun-tahun, ia tak mendapati ada tanda-tanda manusia lain. Yang ia temukan hanyalah hewan-hewan yang semakin berevolusi, juga gedung-gedung berkarat yang tak lama lagi akan runtuh. Ia juga semakin tua. Dalam hati, ia merasa pesimis. Walau begitu, ia tak pernah menyerah.

Selama ini ia hidup dari satu tempat ke tempat lain. Berburu binatang untuk dimakan, berpakaian ala kadarnya, dan tentu saja tak ada gadget atau apapun itu. Saat pertama kali ia terbangun, gadgetnya tak berfungsi, tak ada media komunikasi, semua mesin yang dulunya canggih kini tak lebih dari sekedar rongsokan. Jika kalian mengingat pelajaran tentang sejarah dulu, kalian akan mengerti bagaimana ia hidup, benar-benar seperti Manusia Purba. Ia hanya terus bertahan hidup, berburu agar bisa makan, dan berlindung dari hewan-hewan buas. Ia juga berusaha untuk tetap menjaga kewarasannya, sendirian benar-benar membuatnya hampir gila. 

Ekosistem di Bumi berantakan dan iklim menjadi tak menentu. Tak ada lagi tumbuhan yang dapat tumbuh. Hewan-hewan juga mati satu persatu. Lingkungan menjadi sangat gersang. Di tambah lagi, sulit sekali menemukan sumber air. Ia pikir mungkin ia juga akan segera mati karena kelaparan atau dehidrasi. Pada akhirnya, ia menyerah. Ia tak berhasil menemukan manusia lain. Mungkin memang benar bahwa ia merupakan satu-satunya manusia yang ada di Bumi. Walau begitu, ia tetap bertahan hidup. Jauh dalam lubuk hatinya, ia tetap ingin bertemu dengan manusia lain. Tak ada yang mau berakhir sendirian.

Sampai suatu ketika, di sebuah tempat yang tidak ia ketahui, saat sedang menggali tanah untuk mencari sumber air, ia menemukan sebuah benda asing. Benda itu berbentuk persegi kecil dengan layar berkedip menampilkan angka-angka yang tak ia pahami. Di sisi atas bertuliskan 30 06 2120, sementara di tengahnya ada angka yang lebih besar 12.34 p.m. Dulu, mungkin ia mengetahui apa benda itu, namun kini tidak lagi, benda itu sangat asing. Ia tak mengingatnya. Beberapa kali ia mencoba menggigit benda itu. Rasanya keras dan tak enak. Namun, ia tetap membawa benda itu bersamanya dan kembali menggali tanah untuk mencari sumber air. Benda asing itu kembali bekedip-kedip, kini disertai dengan suara ‘bip’ secara berulang. Ia hanya menatap benda itu, semua angka-angka yang tak ia mengerti tadi menghilang, layarnya kini menampilkan sesuatu yang samar ia ingat, 

‘Undefined’

Sesuatu yang terasa sangat erat dengannya.

Jarinya perlahan menyentuh layar benda itu. Suara ‘bip’ langsung berhenti. Dengan separuh ingatannya yang mengabur, ia berucap dengan amat pelan,

“If I couldn’t find another human in this world, I will find in another world. If I could turn back time, dive into New World.”

Dan ia menghilang secara misterius.

Tamat.

Begitulah kisahnya. Hingga kini, tak ada yang tahu kemana perginya manusia terakhir di Bumi itu. 

Apa kalian merasa penasaran tentangnya? Ya, aku juga!

Oh ya, ngomong-ngomong namaku Qwenn, panggil saja begitu karena nama lengkapku sangat panjang, Qwertyuiop Asdfghjkl Zxcvbnm kalau kalian ingin tahu. Aku tinggal di Proxima Centauri b. Bumi sudah musnah ratusan tahun yang lalu. Kakek dari kakek buyutku bahkan menyaksikan secara langsung hancurnya Planet itu. By the way, cerita tentang manusia terakhir di Bumi menjadi cerita urban yang sangat terkenal di Planetku. Kupikir tak ada yang tak tahu cerita ini. Semuanya sangat penasaran, kemana manusia itu pergi? Ke masa lalu? Atau mungkin ke masa depan? Atau bisa jadi, ia pergi ke Planet lain yang ada di dalam Galaksi Bima Sakti? Atau apakah ia pergi ke Galaksi lain? 

Tak ada yang tahu.


(Juni, 2020)

Komentar