Moved to Another Place

(Photo source: di sini)

"...zona nyaman adalah ilusi, tempat kita merasa hebat padahal tidak, tempat kita merasa begitu berarti padahal belum apa-apa." -Azhar Nurun Ala

Aku memutuskan untuk resign

Terkesan tiba-tiba sekali, ya? Padahal rasanya baru kemarin aku menulis 'Merayakan Tahun Ke-5' sebagai bentuk perayaan 5 tahun bekerja di TK. 

Keputusan ini sebenernya sudah dipertimbangkan sejak lama, cuma ya belum datang aja momen realisasinya. Aku masih waras, nggak mungkin keluar begitu aja tanpa punya plan apa-apa, di tambah lagi rasanya berat banget ninggalin anak-anak. Aku juga udah terlalu lama hidup dalam zona nyaman dan malas banget kalau harus riweuh ini-itu lagi dari awal. 

Tapi ya, hidup dalam zona nyaman juga nggak selamanya bikin nyaman. 

Bagi sebagian orang, mungkin bukan masalah untuk hidup dalam zona nyaman, ada juga yang mungkin menikmatinya. Dulu aku juga begitu, aku sangat menikmati hidup dalam zona nyaman. Tapi ternyata, itu tidak berlangsung selamanya. Awalnya zona nyaman memang menyenangkan, tapi lama-lama aku merasa seperti ada yang hilang, rasanya seperti aku tidak lagi mengenal diriku sendiri. Mungkin ini agak lebay, tapi bagiku, hidup dalam zona nyaman mulai jadi masalah.

Beberapa hari yang lalu, tiba-tiba sekali aku dihubungi oleh salah satu Kakak Tingkatku di Kampus dulu dan dimintai bantuan untuk back-up kerjaan di sekolah tempatnya ngajar. Aku ini tipe orang yang banyak mikir dulu sebelum ngambil keputusan, kayak yang bener-bener dipikirin dulu baik-buruknya, konsekuensinya, kelebihan-kekurangannya, pokoknya segala macamnya dipertimbangin dulu. Tapi pagi itu, nggak tahu kerasukan apa, aku langsung setuju tanpa banyak mikir. 

Haha! Nggak deng, aku bercanda. 

Sebenernya, aku berani meng-‘iya’-kan karena merasa pekerjaan yang ditawarkan sesuai dengan kompetensi yang kupunya. Aku juga punya pengalaman mengajar yang cukup lama, ya walaupun agak nggak nyambung sih dari TK ke SMP, tapi anggap aja ini akselerasi. 

Aku diminta untuk jadi Mentor Sosial atau istilah lainnya adalah Guru IPS/PKN. Jangan tanya kenapa aku yang kuliah Pengembangan Masyarakat dan dapat gelar Sarjana Sosial kemudian bisa diminta untuk ngajar IPS/PKN. Toh, sebelumnya juga aku ngajar anak-anak TK kan ya, kalau dipikirin mah memang nggak ada nyambung-nyambungnya. Tapi itu bukan masalah, karena aku juga udah terbiasa dengan kerja lintas jurusan. 

Oiya, Sekolah tempat Kakak Tingkatku ini ngajar punya sistem pendidikan dan kurikulum yang unik, pokoknya beda banget dari sekolah pada umumnya, dan mungkin ini juga yang jadi alasan aku bisa langsung setuju ketika ditawari.

Aku pengen banget secepatnya keluar dari zona nyaman, dan kupikir tawaran dari Kakak Tingkatku ini adalah momennya, sekarang lho waktunya untuk keluar. Bayangin aku ini ada di dalam kotak, terus setelah sekian lama akhirnya ada yang buka penutup kotaknya dan ngelempar tali. Aneh banget aku kalau nggak ‘grab it tight’  tali itu padahal pengen banget keluar. 

Dan akhirnya, aku beneran ‘grab it tight’ tali itu. 

Moved to another place adalah salah satu upayaku untuk keluar dari zona nyaman, walaupun rasanya berat banget meninggalkan semua yang udah kumiliki. Aku juga mulai khawatir dengan banyak hal.

‘Mengawali’ memang nggak pernah gampang. 

Tapi aku percaya semua akan baik-baik aja, aku akan mengusahakan diri untuk itu


(Agustus, 2021)

Komentar