Mimpi-mimpiku yang mati, hidup pada orang lain

(Foto : di sini)

Aku melihat mimpi-mimpiku yang sudah mati, hidup pada orang lain.

Ia hidup, persis seperti apa yang dulu amat kuinginkan. 

Bersekolah di SMA Negeri, mendapat beasiswa untuk kuliah di UI, mengeksplorasi wilayah paling jauh Indonesia, menjadi awardee LPDP dan melanjutkan pendidikan paska sarjana di Amerika.

Semua yang aku impikan, menjadi nyata di hidup orang lain.


Jika aku punya kesempatan untuk bertemu dengan orang itu secara langsung, mungkin aku akan menangis, juga tersenyum lega.

Ia akan mengingatkanku pada rangkaian kegagalan dan keputusasaan yang bertahun-tahun kualami. Aku juga mungkin harus menghadapi lagi, dan kembali berusaha untuk ikhlas menerima ‘aku yang gagal’.  Namun di saat yang sama, aku juga akan merasa lega dan bahagia melihatnya berhasil.

Aku mungkin tidak tahu rintangan apa yang telah ia lalui, proses panjang apa yang telah ia lewati, tapi aku yakin, ia juga pasti pernah menemui kesulitan. Aku merasa lega karena di sepanjang jalan yang sulit dan melelahkan itu, ia tidak menyerah. Aku bersungguh-sungguh, aku ikut bahagia untuknya.  


Tenang saja, walaupun mimpi-mimpiku sudah mati, ‘aku yang gagal’ ini tetap berusaha untuk melanjutkan hidup dengan baik.

Mungkin saja, Allah sudah memilihkan jalan lain yang lebih baik. 

Jadi, tidak apa-apa. Aku lega bisa melihat mimpi-mimpiku hidup, walau di hidup orang lain.


(Mei, 2024)

Komentar