Tentang Hidup yang Tidak Terduga

Sekitar 2 atau 3 tahun yang lalu, saya sama sekali tidak pernah membayangkan bahwa saya akan menjalani hidup seperti sekarang. Yang ada dalam bayangan saya waktu itu adalah saya yang kuliah di perguruan tinggi negeri dengan beasiswa, nge-kost/tinggal di asrama, hidup mandiri di luar kota, dan bergelut dengan seabreg kegiatan organisasi dan bertemu dengan teman-teman baru dari berbagai wilayah di Indonesia. Dulu saya membayangkan bahwa saya akan fokus kuliah, yah, saya suka sekali belajar, terlebih mengenai apa yang saya suka. Sejak Sekolah Menengah Pertama, saya sudah menyusun tujuan hidup saya. Mulai dari yang jangka pendek hingga jangka panjang. Saya susun sedemikian rupa lengkap dengan tahapan yang harus saya lalui. Dengan jelas. Sangat jelas. Namun dalam prosesnya, ternyata tidak semenyangkan apa yang dibayangkan. Memang benar, lebih menyenangkan berkhayal daripada berproses untuk mewujudkan khayalan tersebut. Sebagian besar manusia memang lebih menyukai hal yang instan. Hanya ingin bahagia, tanpa peduli apa-apa.

(cerita tentang impian saya –yang sebenarnya tak kesampaian, bisa dibaca lewat sini: http://nurefye.blogspot.co.id/2015/10/apakah-mimpinya-yang-terlalu-besar_12.html?m=0)

Saat SMA, saya selalu penasaran dengan masa depan saya. Apakah saya akan menjadi orang sukses? Apa saya dapat mewujudkan semua cita-cita saya? Apa saya dapat menjadi orang yang berguna bagi masyarakat? Yah, hal-hal semacam itu. Wkwk oh iya dan, Siapa jodoh saya? (Lah? Kenapa dicoret segala ini? wkwk).

Salah satu dari tujuan hidup jangka panjang saya adalah melanjutkan studi ke luar negeri. Yah, rasanya menyenangkan bila suatu hari naik pesawat bisa menjadi rutinitas, seperti naik angkot (wkwk yes, im angkoters). Namun terlebih dari itu semua, saya ingin merasakan kultur pendidikan di luar Indonesia. Mungkin hal itu akan sangat menyenangkan! Selain itu, saya juga ingin merasakan bagaimana rasanya hidup di Negara  4 musim. Kemudian bertemu dengan teman-teman baru dari seluruh penjuru dunia. Belajar beradaptasi dengan hal-hal baru yang terdapat di Negara tersebut. Merasakan Homesick, wkwk. Dan lain sebagainya. Membayangkan itu semua, saya jadi senang tak karuan. Namun tentang mimpi tersebut, saya merasa tidak seyakin dulu. Apa bisa? Apa bisa saya kuliah di luar negeri? Saya jadi ragu. Setelah banyak hal terjadi selepas saya lulus SMA, saya jadi punya cara pandang lain terhadap dunia. Yah, saya jadi lebih realistis. Semakin beranjak dewasa, pikiran saya tidak se-simple dulu. Saya berfikir lebih kompleks.

Mengenai cita-cita, saya suka mengajar, berbicara di depan umum, dan saling berbagi ilmu dengan yang lainnya. Bukankah profesi itu akan menyenangkan untuk dilakukan jika diri kita pun suka melakukannya? Iya, seseorang bilang, bahwa sebaik-baiknya profesi adalah Hobi kita yang dibayar. Hahaha.

Setelah beberapa tahun, Allah SWT ternyata punya rencana lain untuk saya, yang dirasa lebih baik. Hidup memang selalu tidak terduga.

And this is me now, saya kuliah di sebuah perguruan tinggi swasta di kota kelahiran saya, Garut, yang sebelumnya saya tidak pernah sama sekali membayangkan bahwa saya akan kuliah disini. Masuk jurusan yang saya sama sekali tidak pernah terfikirkan, di Kelas karyawan, yang mana hampir sebagian besar mahasiswanya adalah bapak-bapak dan ibu-ibu, hampir seusia orangtua saya, bahkan ada yang lebih tua. Dan ya, saya juga sudah mengajar selama hampir satu tahun lebih di sebuah Taman Kanak-kanak. Iya, Taman Kanak-kanak! Teman-teman dekat saya di SMA mungkin akan tertawa saat mendengar berita ini. Dulu, saya benar-benar tidak menyukai anak kecil. Anak kecil itu monster! Lebih menyebalkan dari apapun, dan saya sebisa mungkin tidak pernah berinteraksi dengan yang namanya anak kecil. Saya pun tertawa saat mengingat hal itu, bagaimana bisa seorang yang tidak suka anak-anak mengajar di sebuah Taman Kanak-kanak? Yang jelas disana dipenuhi anak-anak? Anak-anak kecil? Monster-monster? Saya tertawa, ternyata saya orangnya. Saya bisa melaluinya.

(cerita tentang asal usul saya yang menjadi guru TK bisa dibaca lewat sini: http://nurefye.blogspot.co.id/2016/07/tentang-menjadi-guru-tk.html?m=0)

Terlepas dari itu semua, saya percaya bahwa rencana Allah lebih indah dari susunan rencana dan tujuan hidup manusia. Yang kita butuhkan hanya rasa ikhlas, yah, walaupun agak sulit pada awalnya jika apa yang kita harapkan ternyata tidak sesuai dengan apa yang terjadi. Pasrah bukan berarti harus pesimis apalagi menyerah. Yang kita butuhkan hanya rasa “menerima dengan ikhlas”. Yang terpenting kita sudah berusaha semaksimal mungkin. Urusan hasil, yakin saja bahwa Allah akan memberikan yang terbaik. Allah Maha Adil. Benar, kan? Iya!

Soal Masa Depan, tentu saya bertanya-tanya, dan terus bertanya-tanya (Terutama soal jodoh, wkwk). Akan seperti apa saya di masa depan?

Mudah-mudahan Allah senantiasa memberikan saya kemudahan dan kelancaran, serta rasa ikhlas. Hidup ini singkat, sangat singkat, hanya singkat! Menjadi apapun saya di masa depan, mudah-mudahan itu adalah hal yang baik, yang tidak merugikan orang lain. Mudah-mudahan hidup saya di masa depan dipenuhi keberkahan, wkwk. Amin.


*Maafkan kalau tulisan saya enggak rapih. Banyak kaditu kadieu, loloncatan teu puguh. Bikin pusing yang baca. Eh, itupun kalau ada yang baca juga sih wkwk :( Saya mah apa atuh? Cuma manusia biasa :(:(

Garut, 15 Juni 2017
Diriku, yang terus bermimpi.
(Mimpiin kamuuuu~, wkwk) --Eh, Ngga deng! Canda! :)

Komentar

Postingan Populer