(Just) Talking About Him

(Photo source: unsplash.com)

Seorang lelaki penyuka senja dan puisi, ceria dan humoris, serta yang akhir-akhir ini mencoba beristiqomah dengan bersepeda itu, aku menyukainya.

Dia bilang dia keren. Aku tertawa dan langsung mengatainya aneh. Dia aneh, yang anehnya keanehannya itu keren. Begitu saja, dengan mudahnya dia membawaku masuk ke dunianya. Begitu saja, aku menyukai dunianya, sorot matanya yang menyenangkan, juga pola pikirnya yang --kadang-kadang, luar biasa nyeleneh. Aku selalu bertanya-tanya tentang buku apa yang dia baca, orang-orang seperti apa yang dia temui. Bagaimana bisa dia punya pikiran seperti itu?

Dengan semua pikiran randomnya, dia selalu bisa membuatku tertawa, tertegun, bahkan sampai merenung. Aku senang berbagi dunia bersamanya, sebuah dunia alternatif yang lebih menyenangkan. Aku melihat pelangi di matanya, sesuatu yang indah dan menyenangkan, saat dia menceritakan hal yang dia suka dengan bersemangat. Aku merasakan atmosfer itu, situasi dimana aku tidak bisa mendeskripsikannya, namun tentu, demi apapun aku ingin bersamanya.

'Lelaki itu bahkan tidak terlalu tampan, malah lebih tampan temannya!' Temanku yang merupakan teman masa kecilnya, berkata seperti itu padaku suatu hari.

Memang benar, jika disandingkan dengan oppa-oppa korea, tentu saja dia kalah. Dan jelas, aku tidak bisa membandingkannya. Dia unik apa adanya, seperti itu saja sudah cukup.

Aku penasaran, apa dia pandai membaca rasa?

Aku penasaran, sedikit takut, juga sedikit khawatir. Aku tidak mau menduga-duga.


--(2017)

Komentar

Postingan Populer