BAD GENIUS [Review Film]

(Photo source: Instagram @nonkul)

Oke, rasanya sudah lama sekali nggak menulis hal-hal di luar masalah perasaan. Semua tulisanku di blog ini hampir semuanya overdosis masalah perasaan. Ini sebenarnya nggak baik karena ternyata mengurangi produktivitas diri. Emang apa hubungannya? Ada, kalau perasaannya lagi jelek, jadi malas ngapa-ngapain dan berakhirlah dengan mager (malas gerak). Kalau sudah mager, bahaya! Padahal tubuh masih berfungsi dengan baik, tapi nggak punya keinginan apa-apa untuk melakukan sesuatu, pengennya ya rebahan aja udah di tempat tidur. Nggak produktif banget! Bahkan sampai punya pikiran kalau tempat tidur itu tempat teraman dan ternyaman di dunia. Paling bener udah diem aja di rumah sambil ngebaperin oppa-oppa korea atau nonton drakor yang lagi hype.

Nah, sebaliknya kalau perasaannya lagi baik, sama aja magernya! Malah semakin mager melakukan hal lain, karena ya udah kebiasaan nggak melakukan apa-apa, nggak mau mikirin apa-apa, dan nggak mau kemana-mana. Sedih sekaligus miris, sih. 

Ini seharusnya dihentikan!

Hidupku terus aja begitu. Menjelang akhir tahun lalu, aku mencoba merefleksikan diri. Merenungkan semua yang terjadi selama setahun, dan sayang banget karena selama setahun itu aku ngerasa nggak produktif. Semakin kesini malah semakin mageran, suka telat, dan malas ngapa-ngapain. Nggak ngerti salahnya dimana. Dan kesel juga sama diri sendiri, kenapa baru sadar sekarang? Kemarin-kemarin kemana aja? Sebel!

Malah curhat kan!

Sebenarnya prolog di atas nggak ada hubungannya sama sekali dengan apa yang akan aku bahas di postingan kali ini. Tapi biarin aja, suka-suka aku!

Oke, langsung saja sesuai judul di atas, hari ini aku mau bahas satu film asal Negeri Gajah Putih alias Thailand yang berjudul Bad Genius. Ada yang sudah nonton? Film ini dirilis tahun 2017 lalu dan telah meraih beberapa penghargaan seperti Best Featured New York Asian Film Festival 2017 dan Best Director Fantasia International Film Festival 2017. Nggak mengherankan juga bisa dapat penghargaan, karena film ini benar-benar keren! Mulai dari alur cerita, akting para pemain, sampai sinematografinya, nggak ada satupun yang mengecewakan. Garis besar cerita di Film ini pun sebenarnya lekat sekali dengan kehidupan kita sehari-hari, yakni kegiatan contek-menyontek. Katakanlah walaupun kita tidak pernah mencontek jawaban orang saat masa sekolah dulu, tapi jujur saja pasti kita pernah kan ngasih contekan ke orang lain? Nah, di Film ini kegiatan ngasih contekan ternyata bisa jadi bisnis yang cukup menjanjikan. Aku beberapa kali geleng-geleng kepala saking herannya kok bisa kepikiran ide-ide itu. Untuk lebih jelasnya aku akan bahas di bawah.

*Spoiler alert! Akan mengandung banyak bocoran cerita, atau mungkin, aku malah akan menceritakan seluruh isi film. Bagi yang tidak suka spoiler silakan langsung klik ‘close tab’, atau silakan tonton dulu film ini supaya kita ngobrolnya bisa nyambung. Okay?

Film ini dibuka dengan suara narator yang menyatakan bahwa ada beberapa Negara Asia yang disikualifikasi dari ujian STIC (semacam SAT untuk masuk Universitas di Luar Negeri) karena telah melakukan tindak kecurangan. Adegan pertama yang muncul adalah seorang perempuan yang sedang diinterogasi. Entah ada masalah apa, aku dibuat bertanya-tanya. ‘Ini tentang apa? Ada masalah apa? Siapa yang curang? Ini jalan ceritanya kemana?’ Yap, baru scene awal padahal, tapi sudah memunculkan beragam pertanyaan. Kemudian adegan selanjutnya berpindah, memperkenalkan Lynn, seorang murid pindahan yang genius. Dia punya banyak prestasi, mulai dari matematika sampai olahraga. Ayahnya berniat memasukkan Lynn ke sebuah sekolah yang cukup prestise, bahkan sampai membawa semua piala dan penghargaan yang didapat Lynn serta mengungkapkan semua prestasi yang sudah dicapainya. Tapi Lynn, awalnya terlihat menolak untuk bersekolah disana karena nggak tega ayahnya harus bayar biaya sekolah yang mahal. Dia sampai ngitung segala kebutuhan dan pengeluaran. Si ibu kepala sekolah sepertinya udah tertarik sih sama Lynn ini, yah secara kepala sekolah mana sih yang nggak mau punya murid yang genius di sekolahnya? Kayak misalnya nemu berlian, ya masa nggak dipungut? Kepala Sekolah kemudian menawarkan beasiswa pendidikan pada Lynn bahkan sampai nggak perlu bayar uang makan. Akhirnya, Lynn setuju dan mulai bersekolah di sana. 

Di sekolah yang baru itu, hidup Lynn yang tadinya lurus berubah 180 derajat setelah bertemu Grace. Mereka kemudian sahabatan. Berbeda dengan Lynn, Grace ini nggak pintar pelajaran. Dia minta bantuan Lynn buat ajarin dia. Walaupun udah diajarin Lynn, pas ujian tetep aja Grace ini nggak bisa ngerjain. Padahal soalnya sama persis seperti yang diajarin Lynn sebelumnya. Sebagai sahabat, Lynn nggak tega kan ya ngelihat Grace kesusahan. Akhirnya, Lynn menuliskan kunci jawaban di penghapus dan ngasih ke Grace. Nilai pelajaran Grace akhirnya naik setelah itu.

Grace kemudian mengajak Lynn merayakan kenaikan nilai itu, di rumah Pat –pacar Grace. Pat, Grace, Lynn ini satu kelas. Walaupun begitu, Pat dan Lynn nggak pernah ngobrol. Tiba-tiba, Pat bilang dia iri sama Grace karena punya sahabat kayak Lynn, dia pengen sahabatan sama Lynn (And yes, I think that was a bullshit). Pat pengen punya sahabat yang bisa ngasih dia kunci jawaban lewat penghapus seperti yang udah Lynn lakuin ke Grace. Pat bahkan sampai nawarin sejumlah uang buat kompensasi kunci jawaban. Nggak tanggung-tanggung, bayarannya satu kali ngasih contekan per satu mata pelajaran sampai jutaan, belum lagi satu semester ada sampai belasan mata pelajaran. Itu bayarannya perorang, kalo lebih dari satu orang? Lynn sekali ngasih contekan bisa dapat puluhan juta! 

Awalnya Lynn enggan, tapi akhirnya dia setuju juga, setelah mengetahui fakta bahwa ayahnya ternyata ngasih 'uang teh' (semacam pungutan gitu yang harus dibayar orangtua murid) ke sekolah.

Aku cukup takjub dengan trik ngasih contekan yang dilakukan Lynn kepada teman-temannya. Berdalih Les Piano, Lynn memberikan kode-kode yang menunjukkan jawaban ‘A’, ‘B’, ‘C’, dan ‘D’. Lynn ngasih jawaban lewat gerakan tangannya seperti sedang memainkan piano, dan ngasih jawaban di waktu tertentu. Di waktu tersebut, para murid ‘guru les piano Lynn’ bersiap menulis jawaban lewat kode yang diberikan. Bisnis ini berkembang sangat pesat. Murid les piano Lynn bertambah banyak. Dan tentu saja, pundi-pundi uang yang didapat Lynn bertambah banyak pula. Dia ngebeliin ayahnya kemeja. Ayahnya nggak tahu kalau Lynn buka bisnis ngasih contekan, ayahnya cuma tahu kalau Lynn ini jadi guru les piano buat temen-temennya.

(Photo source: di sini)

Di kelas 11, muncul Bank (nama orang, ya!). Bank dan Lynn sama-sama ngewakilin sekolah buat ikut kompetisi tingkat nasional (semacam cerdas cermat gitu) bahkan sampai disiarin di TV.  Bank ini juga merupakan murid penerima beasiswa di sekolah itu, dan kepintarannya cukup diakui. Berbeda dengan Lynn, Bank ini orangnya jujur dan pekerja keras. Dia bersikeras menjalani kehidupan yang jujur dan nggak mau berbuat curang. Bahkan kalau boleh aku bilang, karakter Bank di awal digambarkan baik tapi terlalu naif. Ibunya Bank punya bisnis Laundry, yang kalau kataku lebih mirip buruh cuci, karena satu-satunya mesin cuci yang mereka punya sering rusak dan akhirnya ibunya mencuci dengan tangan. Kondisi perekonomian Bank tidak sebaik Pat atau Grace. Dengan kepintarannya, Bank bertekad buat dapat beasiswa sekolah ke luar negeri dan mengubah nasibnya, serta meringankan beban ibunya. 

Setelah Bank muncul, konflik mulai terjadi satu persatu. Si Ibu Kepala Sekolah bilang kalau ada program seleksi beasiswa untuk kuliah di Singapura tapi kuotanya tiap sekolah cuma boleh ngirimin satu orang. Lynn dan Bank yang tadinya jadi tim di kompetisi, kali ini harus berkompetisi untuk menentukan siapa yang bakal ikut seleksi beasiswa itu. Kemudian konflik selanjutnya, Lynn ketahuan! Pas ujian, Bank ngelihat gelagat aneh Tong (salah satu murid ‘les piano guru Lynn’) yang kelihatan kayak lagi mencontek Lynn. Bank kemudian ngelaporin hal itu ke guru, bahkan ke kepala sekolah. Bahkan sebelum itu, Bank ngasih tahu Lynn kalau Tong lagi berusaha nyontek ke dia. Di kasih tahu itu, Lynn mah cuma senyum aja. Mungkin dalam hati dia bilang, ‘lu mah nggak tahu aja kalau si Tong ini murid gue, dan gue lagi ngusahain kunci jawaban buat dia’. Karena permasalahan itu, Beasiswa Lynn dicabut, dia juga di diskualifikasi dari seleksi program beasiswa singapura. Marah dong dia ke kepala sekolah, karena walaupun dia ngasih contekan, dia nggak pernah nyontek sama sekali. Hasil ujiannya murni hasilnya sendiri. Dan kepala sekolah bilang kalau yang lebih pantes buat ikut seleksi itu adalah Bank, karena perilakunya lebih baik. Setelah kejadian itu, Ayahnya Lynn marah. Dia nyuruh Lynn buat ngembaliin uang yang udah didapat selama ‘les piano guru Lynn’, bahkan ayahnya berniat jual mobilnya buat nambahin uang yang harus dikembaliin. Ayahnya juga ngelepas kemeja yang dulu dibeliin Lynn dari uang hasil bisnis ngasih contekan. Lynn akhirnya berhenti ngasih contekan sejak kejadian itu. 

Suatu hari, Grace minta bantuan Lynn agar dia dan Pat bisa lulus ujian STIC. Grace dan Pat, dengan desakan orangtua Pat, harus berkuliah di luar negeri. Tentu saja, awalnya Lynn menolak,  karena dia pikir nggak ada kemungkinan untuk mencurangi ujian itu. Tapi akhirnya dia setuju. Dia menemukan peluang. Selain itu, bayaran yang didapat juga cukup untuk kuliah di luar negeri, tanpa Lynn harus minta ke ayahnya. Aku pikir klimaks dari film ini dimulai disini. Lynn membagikan rencananya kepada Pat dan Grace -ditambah Bank yang ikut bergabung. Aku kembali takjud dengan apa yang disampaikan Lynn. Aku yang awalnya berpikir, ‘Gila aja dia mau mencurangi ujian masuk universitas luar negeri, yang pastinya tingkat pengamanan jauh sekali berbeda dengan ujian sekolah’, berubah menjadi, ‘Waw, Oke, ada kemungkinan untuk berhasil!’.

(Photo source: di sini)

Tenang aja, aku nggak akan cerita keseluruhan isi film kok. Aku pikir klimaks dari film ini harus kalian tonton sendiri. Aku jamin, walaupun film ini bukan bergenre action, tapi banyak adegan yang bikin penontonya tegang dan berdecak kagum.

Oya, kalau kalian pikir film ini bisa menjadi rujukan untuk kegiatan mencontek, aku rasa itu nggak akan terjadi. Kalian malah bakal diajak berempati pada kondisi kehidupan Bank, atau refleksi perubahan diri Lynn. Aku cukup terkesan dengan pengembangan karakter di film ini. terkhusus karakternya Bank. Di awal, karakternya Bank ini kayak yang lugu baik-baik gimana gitu, tapi semakin ke akhir kelihatan banget perubahan karakternya. Puncaknya di scene menjelang akhir, dia kayak yang ‘yaudah lah hidup mah let’s it flow aja, udah tanggung ini’. Dan mengajak Lynn untuk kembali melakukan tindak kecurangan. Karakternya berubah 180 derajat! Sedangkan Lynn, yang di awal hidup lewat jalan yang curang dan tamak, perlahan berubah. Apalagi setelah menemui Bank paska STIC. Aku ngelihat Lynn ini kayak yang merasa bersalah gitu karena udah ngubah Bank yang tadinya murid baik-baik jadi murid yang punya catatan buruk.

Lalu, bagaimana akhir cerita dari film ini? Apakah Lynn dan Bank akan meneruskan melakukan tindak kecurangan? Atau?

(Photo source: di sini)

Silakan temukan jawabannya dengan tonton sendiri! Aku benar-benar merekomendasikan film ini. 

Sekian review abal-abal dariku, sampai ketemu lagi di postingan selanjutnya. Oya, kayaknya aku nggak akan seaktif dulu deh ngisi blog ini. Pertama, karena aku mau mulai mengurangi tulisan-tulisan unfaedah masalah perasaan, dan kedua, rieut euy aku punya jadwal nulis di Wattpad juga, dan ada sejumlah tulisan lain yang belum aku selesaikan (gara-gara kebanyakan mager!). Tapi tenang aja, dalam satu bulan pasti ada postingan kok di sini. Seenggaknya satu atau dua, biar nggak sepi. Tapi nggak bisa sebanyak tahun-tahun lalu. Maaf, ya..

Kalian yang suka baca Fanfiction –apalagi tentang Stray Kids, bisa cek story Wattpad aku di sini. Makasih! :)

Pai~pai~ Have a nice day manteman!


(Januari, 2020)

Komentar

Postingan Populer