Moved to Another Place

(Photo source: di sini)


Aku memutuskan untuk resign

Terkesan tiba-tiba sekali, ya? Padahal rasanya baru kemarin aku menulis 'Merayakan Tahun Ke-5' sebagai bentuk perayaan 5 tahun bekerja di TK. Haha!

Keputusan ini sebenarnya udah dipertimbangkan sejak lama, cuma ya belum datang aja momen realisasinya. Aku masih waras, nggak mungkin keluar begitu aja tanpa punya plan apa-apa, di tambah lagi rasanya berat banget ninggalin anak-anak. Aku juga udah terlalu lama hidup dalam zona nyaman dan malas banget kalau harus riweuh ini-itu lagi dari awal. 

Tapi ya, hidup dalam zona nyaman juga nggak selamanya bikin nyaman. 

Bagiku, zona nyaman itu seperti sebuah kotak. Semakin lama aku ada di dalamnya, rasanya seperti semakin dalam juga aku terperangkap dalam kotak. Aku tiba-tiba merasa ketakutan. 

Sudah seberapa dalam aku terperangkap? Kalau sudah tidak bisa lagi melihat penutup kotaknya, apa itu artinya aku sudah terlalu dalam? Apa masih memungkinkan bagiku untuk keluar? 

Bagi sebagian orang, mungkin bukan masalah untuk hidup dalam zona nyaman. Ada juga yang mungkin menikmatinya. Dulu aku juga begitu. Aku menikmati hidup dalam zona nyaman. Amaaat sangat menikmati! Tapi, itu tidak berlangsung lama. Awalnya zona nyaman memang terasa menyenangkan, tapi setelahnya aku merasa seperti ada yang hilang, rasanya seperti lama-lama aku tidak lagi mengenal diriku sendiri. Haha! Mungkin ini agak lebay! Tapi bagiku, hidup dalam zona nyaman mulai jadi masalah.

Beberapa hari yang lalu, tiba-tiba sekali aku dihubungi oleh salah satu Kakak Tingkatku di Kampus dulu dan dimintai bantuan buat back-up kerjaan di sekolah tempatnya ngajar. Aku ini tipe orang yang banyak mikir dulu sebelum ngambil keputusan, kayak yang beneran dipikirin dulu gitu baik-buruknya, konsekuensinya, kelebihan-kekurangannya, pokoknya segala macamnya dipertimbangin dulu. Tapi pagi itu, nggak tahu kerasukan apa, aku langsung menyetujui tanpa banyak mikir. 

Haha! Nggak deng, aku bercanda. 

Sebenernya, aku berani meng-‘iya’-kan karena ngerasa kerjaan yang ditawarkan itu sesuai dengan kompetensi yang kupunya. Iya, sesuai banget sama background pendidikan. Walaupun aku nggak kelihatan kayak ‘orang sosial’, tapi aku punya gelar sarjana sosial kok. Aku nggak tahu apa ada hubungannya kepribadian sama gelar pendidikan, tapi kayaknya nggak ada juga kan ya? Jadi, kepribadian boleh aja pendiem, tapi pendidikan mah sosial banget aku teh. Haha!

Oke, jadi di sana aku diminta untuk jadi Mentor Sosial atau istilah lainnya adalah Guru IPS/PKN. Jangan pikirin kenapa aku yang kuliah Pengembangan Masyarakat dan dapat gelar sarjana sosial kemudian diminta untuk ngajar IPS/PKN. Hahaha! Toh, sebelumnya juga aku ngajar anak-anak TK kan ya. Kalau dipikirin mah nggak ada nyambung-nyambungnya. Jadi, mending nggak usah dipikirin!

Fyi, sekolah tempat Kakak Tingkatku ini ngajar punya sistem pendidikan dan kurikulum yang unik, pokoknya beda dari sekolah pada umumnya, ya makanya bisa begitu. Aku juga udah terbiasa dengan kerja lintas jurusan, jadi nggak masalah. 

Aku pengen banget secepatnya keluar dari zona nyaman, dan kupikir tawaran dari Kakak Tingkatku itu adalah momennya, sekarang lho waktunya untuk keluar. Kayak aku ini ada di dalam kotak, terus setelah sekian lama akhirnya ada yang buka penutup kotaknya dan ngelempar tali. Aneh banget aku kalau nggak ‘grab it tight’  tali itu padahal pengen banget keluar. 

Hahaha! Dan aku ‘grab it tight’ tali itu. 

Moved to another place adalah salah satu upayaku untuk keluar dari zona nyaman, walaupun rasanya berat banget meninggalkan semua yang udah kumiliki. Aku juga mulai khawatir akan banyak hal.

Mengawali’ memang nggak pernah gampang. 

Tapi aku percaya, semua akan baik-baik aja. Aku akan mengusahakan diri untuk itu. 


(Agustus, 2021)

Komentar

Postingan Populer