Quote Kak Himsa [Ngobrol]


Suka sekali dengan quote ini.

Saat membaca ini, aku jadi teringat semua mimpi, harapan, dan ambisi. Juga teringat diriku sendiri, dulu.

Aku tidak berpasrah.

Aku terlalu sombong dengan semua mimpi, harapan, dan ambisi, sampai-sampai lupa caranya bersyukur. Aku menjadi tak tahu malu, merasa segalanya bisa kudapatkan, merasa segalanya akan (dan harus) berjalan sesuai dengan apa yang kuinginkan.

Aku keras kepala.

Maka ketika Allah menjauhkanku dari semuanya, menjatuhkanku, hatiku patah-sepatahnya.

Bukannya berpikir dan berprasangka baik, aku malah jadi benci bermimpi.

Mimpi, harapan, dan ambisi,
kupikir semua hal itu hanya omong kosong yang bikin sakit hati.

Aku berhenti bermimpi.

Mulai saat itu, aku hidup dengan perasaan sakit hati.

Sampai suatu waktu, aku berpikir tentang betapa beruntungnya aku. Aku sudah mengabaikan semua pencapaian yang kuraih. Dan aku kurang bersyukur. Aku terus saja merasa kurang padahal Allah telah memberi banyak hal padaku.

Mungkin inilah masalahnya.

Sedikit demi sedikit aku mulai membuka diri. Aku belajar pasrah sama Allah. Menerima semuanya, berprasangka baik pada Allah. Aku yakin, Allah memilihkan jalan yang lebih baik untukku. Bahwa apa yang sudah terjadi padaku sekarang ini lebih baik dari apa yang aku harapkan dulu.

Bersama waktu, luka dan sakit hati itu perlahan terobati. Aku baik-baik saja sekarang.

Aku pikir, berpasrah sama Allah sama seperti mengalah namun tidak merasa kalah. Malah setelahnya, akan terasa lebih tenang. 

Saat menerima semuanya, ikhlas dengan semua hal yang terjadi, aku merasa lebih tenang.

Semakin dewasa, aku jadi semakin banyak berpikir. Kadar ‘keras kepala’-ku juga menurun satu tingkat, hehe. Dan ya, (aku rasa aku sudah menulis ini di postingan sebelumnya) Aku tumbuh dewasa dengan baik.

(Juli, 2018)

Komentar

Postingan Populer