Konsep IKIGAI [Ngobrol]

(Photo source: disini)

Beranjak dewasa, aku semakin sering bertanya-tanya sendiri. Pikiranku jadi kompleks, penuh sesak dengan berbagai macam pertanyaan dan kemungkinan yang belum tentu akan terjadi. Aku mulai merasa bingung dan galau berkepanjangan, yang tentu saja ini sangat berdampak pada produktivitas diri yang menurun drastis.

Perubahan yang paling jelas adalah, aku jadi sering malas-malasan dan inkonsisten. Labil dan sensitif juga seperti remaja puber. Rasanya malas sekali untuk bangun pagi dan memulai aktivitas harian, ingin tetap rebahan saja di tempat tidur dan tidak ingin melakukan apapun seharian. 

Lucunya ya, walaupun rasanya berat dan dilakukan dengan malas-malasan, aku tetap memaksakan diri bangun pagi dan menjalankan rutinitas. Tanpa semangat, tanpa api membara anak muda, ya mengerjakan rutinitas saja seperti penggugur kewajiban. Terus saja seperti itu secara berulang-ulang, setiap hari, setiap minggu, sampai berbulan-bulan.

Lalu, pada suatu hari di tengah rutinitas harian yang membosankan itu tiba-tiba aku kepikiran ini secara random, 

'Ini aku lagi ngapain, sih?' 
'Apa sebenarnya yang kucari?' 
'Kenapa hidup rasanya gini-gini aja?' 
'Am i doing right or not?' 

Pertanyaan-pertanyaan itu terus muncul  di dalam benak. Dan aku pikir, mungkin inilah titik baliknya. Aku jadi banyak merenung mengenai apa yang terjadi pada diri, semacam refleksi diri. Dari sini, aku mulai paham bahwa apa yang terjadi sekarang hanya sebuah fase. Pertanyaan-pertanyaan random yang sering muncul di benak itu, aku pikir datang dari kegelisahan, yang artinya aku mulai sadar bahwa ada sesuatu yang tidak benar. Aku hanya harus memperbaikinya, bukan terus menerus memerangkap diri dalam kegelisahan tersebut. 

Seperti yang sudah aku ceritakan di tulisan sebelumnya, aku mulai menata ulang tujuan hidup dan beranjak melewati fase Quarter Life Crisis. 

(Baca juga: 22; Aku dan Quarter Life Crisis)

Kemudian, aku diperkenalkan dengan IKIGAI. Aku sebetulnya asing dengan istilah ini. Namun, setelah menonton beberapa channel youtube yang membahas tema itu dan riset lebih lanjut, Alhamdulillah aku bisa paham sedikit-sedikit.

Lalu, apa yang dimaksud dengan IKIGAI?

IKIGAI merupakan nilai hidup yang muncul dari kebiasaan penduduk Jepang (terlebih di daerah Okinawa, yang penduduknya mempunyai rata-rata usia yang panjang dan bahagia). Ikigai merupakan konsep untuk mencari kebermanfaatan hidup. Ikigai ini akan membuat hidup terasa lebih bermakna, bermanfaat, dan seimbang untuk membantu meraih kebahagiaan utuh.

Ada empat aspek dalam Ikigai, diantaranya:

1. Kamu menyukai apa yang kamu kerjakan.

2. Kamu ahli dengan apa yang kamu kerjakan.

3. Kamu mendapat bayaran yang cukup dari apa yang kamu kerjakan.

4. Apa yang kamu kerjakan dibutuhkan Dunia, atau setidaknya dibutuhkan oleh orang-orang di sekelilingmu.

Seperti dalam bagan di bawah ini:

(Photo source: disini)

Passion, saat kamu menyukai apa yang kamu kerjakan dan kamu ahli dalam melakukannya. Namun, kamu tidak mendapat bayaran yang cukup dan dunia sebenarnya tidak terlalu membutuhkan apa yang kamu kerjakan itu.

Mission, saat kamu menyukai apa yang kamu kerjakan dan dunia/lingkungan sekitarmu membutuhkan itu. Namun, kamu tidak mendapatkan bayaran yang cukup dan tidak ahli melakukannya.

Vocation (lapangan kerja), saat kamu harus melakukan apa yang lingkunganmu butuhkan dan kamu mendapat bayaran yang cukup. Namun, kamu tidak menyukai pekerjaan itu, apalagi ahli dalam hal tersebut.

Profession, saat kamu ahli atau bagus dalam melakukan suatu pekerjaan dan kamu mendapat bayaran yang cukup. Namun, kamu tidak menyukai apa yang kamu kerjakan dan lingkunganmu sebenarnya tidak terlalu membutuhkan itu.

Ikigai dapat tercipta ketika kita bisa memenuhi keempat aspek di atas. Namun realitanya, mencari Ikigai sama sekali tidak mudah. Mencari Ikigai adalah proses yang panjang, yang tidak mungkin selesai dalam satu malam. 

Menurutku ya, lebih baik nikmati saja dulu prosesnya. 

Ada beberapa cara untuk mencapai Ikigai, diantaranya:

1. Refleksi diri. 

Aku pikir ini adalah salah satu proses penting dalam pengembangan diri. Segala kegelisahan akan muncul dan ter-recovery di titik ini. Kita akan sering bertanya-tanya sendiri, terlebih mengenai makna hidup. Seperti apa tujuan hidup, kenapa harus mencapai ini-itu, kenapa harus hidup seperti ini-itu, dan sebagainya. Dengan pikiran yang jernih dan tenang, kita bisa mulai menjawab pertanyaan tersebut satu persatu serta menyusun ulang semua rencana hidup yang sebelumnya berantakan. Kita bisa kembali memikirkan dengan benar apa yang benar-benar kita inginkan ke depannya dan alasan mengapa harus melakukan itu.

2. Action.

Kita harus mulai melakukan tindakan nyata. Selangkah demi selangkah untuk bisa lebih dekat dengan apa yang menjadi tujuan hidup. Keluar dari zona nyaman kalau perlu.

3. Banyak Diskusi.

Banyak bertemu dan ngobrol dengan orang-orang yang punya minat yang sama, intinya memperluas silaturahmi. Kemudian, menemukan mentor yang dapat membantu kita untuk lebih dekat dengan apa yang kita impikan.

4. Tidak mudah menyerah.

Hal ini menjadi sangat penting karena sebenarnya tidak ada yang mudah di dunia ini, pasti ada saja rintangannya. Jangan menyerah jika suatu hari kita ternyata gagal. Yang terpenting adalah, jika kita meyakini bahwa apa yang kita lakukan itu baik dan membawa kebermanfaatan bagi lingkungan sekitar, ya bangkit lagi dan terus melakukan segala upaya yang terbaik.

Dalam Islam, makna hidup menurutku sebenarnya lebih sederhana, walaupun agak sulit. Yakni dengan terus menyertakan Allah SWT dalam kehidupan, dalam segala apa yang kita kerjakan. 

Dalam surat Adz-dzariyat ayat 56 pun jelas bahwa Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya. Segala apa yang kita kerjakan di Bumi ini (selama bukan kemaksiatan) dan diniatkan sebagai ibadah, maka akan berbuah kebaikan dan menjadi ladang pahala. Insyaallah..

Sebagai konklusi, aku merasa bahwa kita boleh saja bermimpi setinggi mungkin, berlari sejauh mungkin untuk mencapai satu konsep bernama ‘Ikigai’ atau apapun itu, tapi tetap yang tak kalah penting adalah untuk terus menyertakan Allah SWT dalam kehidupan dan banyak-banyak bersyukur. Hidup di Bumi ini hanya sementara dan singkat. Kehidupan setelah kehidupan Bumi ‘kan yang kekal? Harus ada keseimbangan.

Terakhir, aku tertarik dengan apa yang disampaikan oleh Mbak Analisa di channel Youtube ‘Analisa Channel’, bahwa kita harus bisa membedakan rasa syukur dengan zona nyaman.

Bersyukur tidak akan membuat kita lupa untuk terus mengerahkan segala upaya terbaik. Tapi jika kita terjebak zona nyaman, rasa syukur itu malah dijadikan alasan untuk tidak mau bangkit dan tidak melakukan segala upaya yang terbaik.

"Upaya harus maksimal, tapi syukur nggak boleh minimal." -Mbak Analisa.

(April, 2020)

Komentar

Postingan Populer