Pria dengan banyak luka dan Perempuan penakut yang melarikan diri dari Kota memusingkan [Short Story]

(Photo source: disini)

Pria itu punya banyak luka,

Ia berjalan menyusuri terowongan panjang yang gelap sendirian, jauh, dan kesepian. Kakinya berdarah, hingga hampir patah, tapi tidak pernah sekalipun memutuskan berhenti berjalan.

Suatu ketika, di tepi jalan dalam terowongan yang gelap itu, ia bertemu denganku. Perempuan penakut yang melarikan diri dari kota yang memusingkan.

Ia tertawa saat menemukanku terduduk di tepi jalan dengan kedua kaki gemetar, kemudian berkata,

“Kenapa seorang penakut datang ke tempat yang gelap? Tempatmu... pasti lebih menakutkan.”

Saat itu, aku hanya menangis. 

Aku baru sadar ternyata ada satu orang saja yang menemani, itu sudah cukup, lebih dari cukup. Bukan sepi dan sendiri yang kubutuhkan selama ini, melarikan diri juga bukan solusi.

Pantas aku tidak mendapat jawaban yang tepat, karena sejak awal rumus yang kugunakan sudah salah. Pantas aku tidak merasa bahagia, karena jalan yang kutempuh membuatku menjauh dari apa-apa yang membuatku bahagia.

Pria dengan banyak luka itu mampu meraih hatiku, meredakan badai kegelisahan, menghentikan semua kekacauan.

Ia sendiri terluka,
tapi masih mampu membantuku menyembuhkan luka.

Aku juga ingin meraih hatinya, meredakan badai kegelisahannya, menghentikan semua kekacauan yang terjadi padanya.

Bagaimana cara meraih hati pria itu?

Apakah ada cara untuk memasuki ruang hati pria itu?

Setiap kali menatapnya, yang tampak dari wajah itu hanya rasa gelisah dan kecemasan. Ada begitu banyak kepedihan tertanam di sana. Ia tertawa, dengan mata berkaca-kaca.

Sungguh.. Aku ingin meraih hatinya.


Suatu hari, aku berkata padanya,

“Ayo hidup bahagia dan membahagiakan!”

Ia tertawa, “Bahagia.. adalah tanggung jawab masing-masing orang. Kalau kamu mau bahagia, kamu tinggal bahagia. Banyak cara untuk berbahagia, tapi membahagiakan adalah pekerjaan yang melelahkan. Itu tidak akan pernah selesai. Subjek dan Objek dengan Predikat ‘membahagiakan’ pada akhirnya akan sama-sama berharap untuk mendapat kebahagian dari satu sama lain. Keduanya akan sama-sama lelah, karena yang terjadi bukannya saling memberikan kebahagiaan, tapi saling berharap mendapatkan kebahagian,”

Ia menjeda kalimatnya cukup lama, kemudian kembali menoleh padaku dan berkata dengan sungguh-sungguh,

“Kalau aku, aku ingin bahagia, hanya bahagia.”

Aku mengangguk. Ternyata, hati Pria dengan banyak luka itu letaknya lebih jauh dari yang kukira, tangan kurusku tidak mampu meraihnya.

Bagaimana cara meraih hati pria itu?

Apakah ada cara untuk memasuki ruang hati pria itu?

Aku berjalan tepat satu langkah di belakangnya, persis bayangan yang mengikuti tubuh.

Kulihat sesekali ia berbalik, seperti memastikan bahwa aku masih ada dan baik-baik saja. 

Kemudian kukatakan padanya, “Aku ingin membahagiakan,”

dan ia hanya tersenyum.

“..After that smile, held the sadness
After that sadness, there left many pain
Always keeping on to your side the whole time,
that’s why you have to stay by my side..”

-By My Side, Monsta X


 (September, 2020)

Komentar

Postingan Populer