Lelaki Itu [Cerpen]

(Photo source: here)

“Dhana sering bermimpi didatangi oleh suaminya dari masa depan. Lelaki itu meminta pertolongan.”

***

Pukul 1.20 dini hari. Dhana terbangun dari tidurnya. Sudah berminggu-minggu Dhana seperti ini. Tidurnya sama sekali tidak nyenyak. Ia sering memimpikan hal aneh. Ia bermimpi didatangani oleh seorang laki-laki yang mengaku suaminya dari masa depan. Lelaki itu penuh luka di sekujur tubuhnya, meminta pertolongan. Mengerikan sekali. Kalau sudah seperti ini, Dhana tidak bisa kembali tertidur. Ia akan tetap terjaga sampai pagi. 

Kepalanya tiba-tiba berdenyut, migrainnya kambuh. Cepat-cepat, ia beranjak mengambil persediaan obat di laci dekat tempat tidur. Tanpa melihat lagi dosis pemakaian, ia meminum obat itu sembarangan, sebanyak yang bisa ia genggam. Botol obat yang sudah kosong itu, ia lemparkan ke sembarang arah. Kepalanya semakin berdenyut. Nyeri. Di atas tempat tidur, Dhana duduk menekuk, memeluk lututnya sendiri. Kepalanya menunduk.

“Masih sering migrain, sayang? Minum obatnya teratur. Nggak boleh sembarangan kayak gitu~”

Di tengah malam yang sunyi, Dhana tiba-tiba terkikik. 

Geli. Ngeri. Jengah

Selain memimpikan hal aneh, Dhana juga sering mendengar suara-suara semacam itu. Entah dari mana asalnya. Dhana pikir, dirinya mulai tidak waras. 

Dhana butuh diselamatkan. 

***

Lelaki itu datang lagi, bayangannya kabur, tapi Dhana bisa melihat dengan jelas sosok itu, berdiri tepat di samping tempat tidurnya. Saat Dhana beranjak bangun, sosok itu menghilang. Dhana tidak terkejut lagi. Rutinitas paginya sering diawali dengan hal mengerikan semacam ini.

Dhana bersiap mengerjakan rutinitas hariannya seperti biasa, seperti tidak terjadi apa-apa semalam. Tepat pukul 7.30, dengan tubuhnya yang lelah, Dhana berangkat menuju SMA tempatnya mengajar. 

Di sela pergantian pelajaran, Dhana merasa kepalanya tiba-tiba pusing, pandangannya mengabur. Ia tidak cukup kuat menopang bobot tubuhnya sendiri dan mulai berpegangan pada dinding –atau apapun. Buku paket yang digenggamnya sudah terjatuh sejak tadi. Saat ia mengangkat kepalanya, matanya tak sengaja menatap sosok lelaki dengan tubuh penuh luka sedang tersenyum di ujung koridor. Dhana merinding, lelaki itu juga mulai mendatangi tempat kerjanya. Dhana buru-buru meraih buku paketnya yang terjatuh tadi dan segera pergi ke UKS. Bersamaan dengan itu, sosonya kembali menghilang.

“Sakit kepala lagi?”

Dhana hanya mengangguk menanggapi pertanyaan Nana, perawat di sekolahnya, ketika ia memasuki ruang UKS. 

“Udah coba periksa, bu? Bu Dhana kayaknya harus ke Rumah Sakit kalau sakit kepalanya tambah parah.” Nana berucap dengan serius, ia kemudian beranjak untuk menyiapkan beberapa butir obat.

Dhana merebahkan dirinya di atas matras, “Iya, Bu Nana.”

“Ini mungkin bantu Bu Dhana. Tapi, Bu Dhana tetep harus periksa.” ucap Nana sambil menyerahkan beberapa butir obat. 

Dhana bangun sebentar untuk meminum obat itu, kemudian kembali merebahkan diri. 

“Bu Nana, saya istirahat dulu sebentar. Nanti tolong bangunin saya ya kalau sebelum dzuhur saya masih belum bangun. Saya ada kelas lagi setelah dzuhur.” gumam Dhana.

“Iya, bu. Tenang aja.” sahut Nana.

Dhana mulai menutup mata, tapi tidak kunjung tertidur walau sakit kepalanya sudah mulai reda. 

***

Dhana tidak ingat bagaimana awal mula ia bisa mendapatkan mimpi buruk ini. Sudah berminggu-minggu lamanya. Seingatnya, malam itu sama saja seperti malam-malam biasanya. Dhana tidur setelah mengerjakan laporan. Lelaki asing itu muncul pertama kali di mimpinya, ia tampak baik-baik saja, tapi lama-kelamaan sosok itu berubah menjadi sangat mengerikan. Dengan tubuhnya yang penuh luka, lelaki itu meraung-raung meminta pertolongan. Mimpi itu terus berulang hingga berhari-hari. Dan yang lebih parah Dhana selalu mengingat mimpi itu dengan jelas. Di hari-hari selanjutnya, Dhana jadi sering berhalusinasi dengan mendengar atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Dhana mulai ketakutan. Ia tidak mau jadi gila!

Di perjalanan pulang, Dhana menyempatkan diri ke Apotik untuk membeli obat. Setelah mendapatkan obat yang ia perlukan, Dhana tidak langsung pulang. Ia berdiri lama sekali di depan Apotik, menatap jalanan sore yang selalu ramai oleh kendaraan. Dhana enggan pulang ke rumah, rasanya terlalu menakutkan. Tapi kalau tidak ke rumah, kemana ia harus pergi? Dhana tidak punya tempat lain untuk dituju. 

Dhana mungkin terlalu lelah hingga ia tidak fokus ketika menyebrang jalan. Dhana melihat sebuah mobil melaju ke arahnya dan ia tiba-tiba tidak bisa menggerakan tubuhnya. Dhana menutup mata dan mulai memikirkan kemungkinan terburuk. Tapi tiba-tiba Dhana merasa ada yang menarik tubuhnya. Hal itu terjadi dengan sangat cepat. Saat membuka mata, Dhana sudah terbaring di tepi jalan, bersama seorang lelaki asing yang juga berbaring memunggunginya. Lelaki itu berbalik dan buru-buru menghampiri Dhana. 

Dhana bangun pelan-pelan, samar ia melihat seorang lelaki menghampirinya. 

“Kamu nggak apa-apa?” Lelaki itu berucap dengan cemas.

Dhana hendak menggeleng, tapi sial, sakit kepalanya tiba-tiba datang. Ia memegangi kepalanya yang berdenyut nyeri. 

“Aduh, kayaknya kepalanya kebentur! Tolong, bisa telepon ambulans?” ucap lelaki itu panik pada orang-orang yang mengerumuni mereka.

Lelaki itu mengeluarkan ponselnya dan tampak menelepon dengan panik.

Dhana bisa melihat lelaki itu dengan jelas. Kilasan memori asing tiba-tiba muncul di kepalanya begitu saja. Dhana merasa kepalanya seperti akan meledak. Ia melihat lelaki yang sering muncul di mimpi buruknya, saat ini di hadapannya sedang menatapnya cemas.

“Tahan sebentar, ya. Ambulans sebentar lagi datang..” sahut lelaki itu.

Dhana tidak menjawab. Dari sudut matanya, setitik air mata tiba-tiba keluar. Semakin lama semakin deras. Dhana mengingat lelaki di hadapannya. Ia mengingat semuanya, mulai dari saat mereka berdua bertemu –saat ini, menikah, bahkan hingga lelaki itu sampai pada ajalnya. Dhana mulai menangis. 

Lelaki itu tampak semakin panik saat melihat Dhana menangis. Ia mencoba menenangkan Dhana dengan mengusap-usap punggungnya, menenangkannya. Dari kejauhan, sirine Ambulans mulai terdengar. Saat Ambulans tiba, lelaki itu segera membantu Dhana menaiki ambulans.

Saat akan menaiki ambulans, sekilas Dhana melihat sosok lelaki dalam mimpinya di antara orang-orang yang berkerumun. Lelaki dengan tubuh penuh luka itu sedang menatapnya nyalang. 

Seharusnya, Dhana dan lelaki itu tidak boleh bertemu. Dhana harus lari jika bertemu lelaki itu. Begitu, pinta lelaki dengan tubuh penuh luka dalam mimpi buruk Dhana. 

***

-fin

(Mei, 2021)

#Ngabubuwrite #NgabubuwriteWithPenulisGarut

Komentar

Postingan Populer