Tujuh Tahun [Cerpen]

(Foto : di sini)

'Di dalam rumah yang kecil ini, jejakmu ada di semua tempat.' 

Aku terbangun dan mendapati tempat tidurku terasa lebih luas. Cahaya matahari masuk melewati lubang ventilasi di atas jendela yang masih tertutup gorden bergambar pororo, gorden pilihanmu by the way. Aku bangun dengan malas dan menatap sekeliling. Aku baru sadar kalau ternyata kamar kecil ini jadi jauh lebih luas tanpa adanya kamu. Biasanya jam segini kamu masih tiduran di sampingku, dan aku akan langsung mengguncang tubuhmu. Karena kalau tidak, kamu akan berakhir terlambat berangkat ke sekolah tempatmu mengajar. Kamu akhirnya akan bangun walaupun sambil menggerutu. 

Ah, aku menghela napas berat dan beranjak menuju kamar mandi. 

Aku membasuh wajah beberapa kali dan menatap cermin di atas wastafel. Biasanya kamu berdiri di sampingku sambil menggosok gigi. Dengan mulut yang dipenuhi busa pasta gigi, kamu akan membicarakan hal-hal random seperti, 'kenapa sih mandi harus pakai sabun? kan ribet!'  atau 'aku takut keracunan, tau nggak kemarin nggak sengaja kemakan samponya.' 

Aku menutup mata, tapi bayanganmu tidak kunjung menghilang. 

Rasanya dapur menjadi jauh lebih tenang. Aku ingat suatu pagi, kamu pernah menggoreng telur mata sapi sambil berteriak histeris karena takut terkena cipratan minyak panas. Atau di pagi yang lain, kamu pernah memakai jaket dan helm di dapur dengan terburu-buru. Saat kutanya 'mau ke mana?'  kamu jawab 'mau goreng ikan.' 

Sambil mengaduk kopi instan di dalam mug bergambar gajah pemberianmu, aku tertawa kecil. 

Saat berjalan melewati ruang tengah, aku melihatmu duduk anteng di sofa sambil ngemil keripik kaca milikku. Televisi sedang menayangkan iklan, dan kamu menontonnya dengan serius. 

Aku juga melihatmu sedang menjemur pakaian di teras depan, atau sedang mencuci motor, atau sedang menyiram tanaman, atau sedang membereskan sepatu. 

Aku kembali menghela napas berat, kemudian berjalan menuju kamar. 

Saat akan membuka pintu kamar, aku mendengar pintu depan yang tiba-tiba terbuka. Aku langsung menoleh, kulihat kamu memasuki rumah ini dengan canggung sambil mengucap salam. 

"Udah pulang?" ucapku tanpa sadar. 

Kamu kaget, tapi aku lebih kaget. Seharusnya bukan kalimat itu yang keluar dari mulutku. 

"Maaf langsung masuk, kirain kamu lagi di luar.." ucapmu pelan, kentara sekali penuh penyesalan.

Aku hanya mengangguk. Sesaat keheningan menyelimuti kita berdua, sampai kemudian kamu berucap lagi dengan hati-hati, 

"Aku mau ambil sisa barang.

"Oh, iya, boleh." sahutku dengan gestur mempersilakan. 

Dengan sungkan, kamu berjalan memasuki ruangan yang pernah menjadi kamar kita. Kamu menatap sebuah koper dan beberapa box besar di sudut ruangan yang sudah tersusun rapi.

Kamu langsung menoleh padaku, "Makasih, ya, udah bantu beresin."

Aku hanya mengangguk, kemudian tersenyum singkat.

Setelah semua barang-barangmu selesai dimasukkan ke dalam mobil, kamu kembali ke rumah sambil menggenggam sebuah dokumen.

"Oh, iya, mau minum dulu?" tanyaku dengan canggung, yang sepertinya lebih terdengar seperti basa-basi. 

Kamu langsung menggeleng dan ikut duduk di sofa, tepat di sebelahku, namun kini dengan jarak yang kentara sekali memisahkan.

"Dokumennya udah kuurus, rumahnya udah atas nama kamu. Cicilan KPR-nya tinggal delapan tahun lagi, ya." ucapmu sambil menyerahkan sebuah dokumen.

Aku mengangguk dan menerimanya.

"Kamu udah terima salinan surat cerainya?" tanyaku kemudian.

"Udah." jawabmu sambil mengangguk.

"Oke, aku pamit, ya." ucapmu sambil berdiri. 

Aku juga ikut berdiri, "Iya." 

Kamu tiba-tiba merogoh saku celana dan mengeluarkan sebuah kunci. 

"Kan, hampir aja lupa! Kunci rumah.." sahutmu sambil menyerahkan kunci itu padaku.

Aku menerimanya sambil tertawa, "Dasar pelupa, kebiasaan!" 

Kita sudah melalui perpisahan yang baik, kita sudah membicarakan semuanya dan mengambil keputusan tanpa amarah atau emosi berlebih, aku tidak menangis, kamu menoleh padaku dan tersenyum singkat sesaat sebelum kamu meninggalkan rumah ini. 

Tujuh tahun menikah dan tinggal serumah, pantas saja jejakmu ada di semua tempat di dalam rumah kecil ini.


(Desember, 2023)



Komentar

Postingan Populer