Perpisahan yang baik [Ngobrol]

(Foto milik Katalis Sachi)

Aku tidak pernah menyukai perpisahan, tapi kalau suatu hari kita berdua memang harus melaluinya, bolehkah aku meminta satu hal?

Aku ingin perpisahan yang baik.

Tanpa saling memaki dengan tatapan penuh benci, tanpa saling meninggikan suara penuh amarah, tanpa saling terlampau melukai satu sama lain.

Kita akan sama-sama tersenyum dengan mata yang saling menatap, saling berjabatan tangan, lantas mengucap selamat tinggal.

Tidak perlu ucapan terima kasih atau permohonan maaf, tidak perlu kata-kata penenang penuh do'a dan harapan, tidak perlu pelukan perpisahan. 

Bagiku, kita bisa sama-sama tersenyum tanpa amarah, tanpa tangisan berlebihan, tanpa meninggalkan dendam, itu sudah lebih dari cukup.

Ini mungkin tampak aneh karena aku seperti merencanakan perpisahan. Haha! Tapi tentu saja tidak, tidak begitu. Tidak ada yang menyukai perpisahan, aku pun demikian. 

Aku selalu berdo'a semoga kita tidak harus melaluinya. 

Kalaupun kita memang harus berpisah, semoga itu bukan karena perpisahan yang kita buat sendiri.

"Mereka yang tak pernah berpisah pun, pada akhirnya harus melalui perpisahan."

Kupikir manusia itu aneh, tidak ada yang menyukai perpisahan, tapi senang dengan pertemuan.

Hahaha!


Aku menulis postingan ini setelah mendengarkan lagunya Roy Kim yang berjudul Only Then. Ini salah satu lagu favoritku, by the way. 

Ada satu bagian di lagu ini yang menurutku ngena banget,

"...Ketika akhirnya kamu menyukai orang lain, ketika aku terbiasa dengan tidak adanya kamu, ketika saat itu datang, ketika hal itu terjadi, pada saat itulah tidak apa-apa untuk kita berpisah..." -Roy Kim, Only Then

Mendengarkan lagu ini -plus sambil membaca terjemahan liriknya membuatku tiba-tiba berpikir tentang waktu yang tepat untuk berpisah. 

Kemudian setelahnya, aku malah jadi kepikiran tentang perpisahan. Haha! Pikiranku kadang-kadang memang suka random.

(Juli, 2021)

Komentar

Postingan Populer