Loving Without Being Afraid [Ngobrol]


Ada banyak pertanyaan di dunia ini yang menjadi lebih baik tanpa memiliki jawaban. Dibiarkan begitu saja. Karena untuk sebagian orang, lebih baik menjadi tidak tahu apa-apa daripada tahu banyak hal, tetapi berakhir menjadi tidak bahagia.

Ada banyak kepingan puzzle yang berserakan dan menjadi lebih baik apabila tidak disatukan. Yah, untuk apa menyatukan hal yang sudah jelas tidak cocok satu sama lain? 

Ada  banyak perasaan tak berbalas yang bertebaran di muka bumi ini. Menunggu untuk dihancurkan, dan barangkali sebagian kecil sisanya akan disimpan dalam sudut hati yang paling dalam, bermetamorfosis menjadi sebuah memori. 

Jatuh cinta dan patah hati.

Ada banyak jenis perasaan, hidup dan berkembang. Namun, ia tak pernah sekalipun tersampaikan. Tersimpan dengan baik dalam hati. Entah apakah lebih baik seperti ini atau tidak, segala hal yang berhubungan dengan perasaan selalu saja tidak jelas. Atau barangkali, kita sendiri yang membuatnya tidak jelas. Entahlah.

Mencintai tanpa menjadi takut.

Bagaimana caranya mencintai tanpa menjadi takut?

Sebentar, apa kamu tahu hakikat dari mencintai itu sendiri? 

Bagaimana kamu bisa mencintai jika kamu sendiri tidak mengetahui apa itu mencintai?

Ada banyak kekhawatiran, rasa takut, juga pertanyaan. Semuanya seperti membingkai begitu saja. Seperti, kita memiliki sepasang sayap untuk terbang, namun di waktu yang sama juga terdapat ratusan bebatuan yang berkumpul di bawah sepatu kita. Terbang dan jatuh dalam waktu yang bersamaan. Complicated.

Bagaimana caranya mencintai tanpa menjadi takut?

Mencintai dengan lebih ikhlas, walaupun berakhir tak berbalas.

Mencintai dengan lebih baik, tanpa pernah mendatangkan keburukan.

Mencintai tanpa menjadi takut.

Tetiba teringat kutipan sebuah buku,

“Mencintai itu, bukan cuma soal rasa suka atau ketertarikan. Bukan cuma soal kekaguman. Lebih dari itu, mencintai itu sebuah keputusan, keputusan besar. Ketika memutuskan untuk mencintai seseorang, dengan kata lain sedang memutuskan untuk dengan sungguh-sungguh memerhatikan, menjaga, merawat, dan menumbuhkan orang tersebut. Kalau belum siap, lebih baik siapkan dulu.” (Tuhan Maha Romantis, Azhar Nurun Ala ;132)

(Photo source: @rdnthelabel)

Komentar

Postingan Populer