Just Talking About Him pt.2 [Ngobrol]

(Photo source: unsplash.com)

Aku ingat senyuman pertamamu,
saat pertama kali kita bertemu dan bertegur sapa. Kalau boleh jujur, saat itu aku terpesona.

Aku juga ingat kali pertama mendengar suaramu,
saat kamu, dengan ramahnya, mengklarifikasi namaku. Aku langsung suka suara itu.

Semua yang serba pertama, terjadi begitu saja. Tidak ada adegan seperti dalam drama. Semua biasa saja, namun indah. Sungguh, itu indah.

Itu adalah pertemuan menyenangkan antara si ekstrovert dengan introvert. Kamu si periang dan gampang akrab, sedang aku yang masih pemalu dan canggung.

Aku ingat saat kita pertama kali mengobrol, aku masih canggung dan tak berani menatap wajahmu. Sedang kamu, aku merasa kamu biasa-biasa saja, tipe-tipe orang yang membuat nyaman lawan bicara. Aku merasa kamu berusaha menyairkan suasana. Bertanya tentang topik apa saja, dan aku --dengan canggungnya, hanya bisa menjawab pertanyaanmu. Singkat, jelas, cepat. Aku terlalu canggung saat itu.

Sudah 2 tahun lebih berlalu sejak pertemuan pertama itu. Selama itu, aku selalu merasa ada keajaiban-keajaiban menyenangkan yang selalu mempertemukan aku denganmu.

Aku suka kamu, sungguh.

Akhir-akhir ini, aku menjadi sadar bahwa hal-hal yang berhubungan denganmu menjelma sebuah semesta.

Aku mulai takut, juga sedikit khawatir.

Aku jadi ingin bersamamu. Demi apapun, aku ingin bersamamu.


(Agustus, 2018)

Komentar

Postingan Populer