22; Aku dan Quarter Life Crisis [Ngobrol]

(Photo source: disini)

Hai, diriku.. Apa kabar? 

Ah, tentu kamu pasti bosan kan selalu ditanyai ‘Apa Kabar?’ olehku? Lalu, kalau bukan ‘Apa Kabar?’, aku harus bilang apa untuk memulai sebuah pembicaraan denganmu, diriku?

Entah ini sudah surat ke berapa yang kutulis untukmu, aku tidak tahu. Tapi, semenjak menulis surat-surat semacam ini, walau terlihat seperti orang aneh, aku merasa lebih baik, lebih tenang. Aku merasa, walaupun orang-orang di sekelilingku pergi dan aku sendirian, setidaknya aku masih punya diriku yang tak akan pernah pergi.

Kalau boleh jujur, ini adalah surat tersulit dan teremosional. Aku bahkan tidak dapat menyelesaikannya tepat waktu, tepat di hari ulangtahunmu. Aku punya banyak pikiran yang ingin kubagi, aku juga bingung memilih redaksi kalimat mana yang tepat untuk menggambarkan semua keruwetan usia 22. Semakin dewasa, kamu merasa semakin jauh dari dirimu. Kamu merasa, pelan-pelan kamu berubah menjadi orang asing, orang yang sama sekali tidak kamu kenal. Dan itu cukup mengerikan!

Kamu juga merasa masalah yang kamu hadapi semakin kompleks dan rumit.  Tidak ada satupun yang berjalan baik. Semua yang kamu inginkan, tak ada yang bisa kamu capai. Apa-apa yang dulu menjadi tujuan hidupmu, sekarang semuanya memudar. Hidupmu tak jelas.  

Walaupun begitu, kamu tetap menyibukkan diri. Ikut kegiatan sana-sini, ikut organisasi ini-itu, jadi relawan di berbagai kegiatan, ngajar di Sekolah, dan lainnya. Kamu menjalani rutinitas harianmu dengan normal. Kamu juga banyak bercanda, tertawa bersama teman-teman. Kamu pun mulai berpergian, jalan-jalan ke luar Kota, bersenang-senang menikmati masa muda. Tapi, ada yang aneh. Di satu waktu kamu merasakan perasaan yang agak janggal. Sekeras apapun kamu mencoba menyibukkan diri, perasaan janggal itu tidak hilang. Perasaan itu malah semakin mempengaruhi keseharianmu. Kamu merasa kosong. Kamu juga jadi sering merasa insecure dan tidak percaya diri. Kamu takut dengan masa depan. Kamu takut.. tidak bisa memenuhi ekspetasi orang-orang yang telah percaya padamu. Kamu benar-benar ketakutan. 

Kamu sekarang jadi banyak merenung. Bahkan di tengah keramaian, kamu sering terperangkap dengan pemikiranmu sendiri, mengabaikan orang-orang yang ada di sekitarmu. Perlahan, kamu berubah menjadi pribadi yang overthingking. Kamu juga sekarang jadi lebih menutup diri, enggan mengobrol, malas bercanda, kamu lebih sering menarik diri dari orang-orang. Aku tidak tahu kenapa itu bisa terjadi. Kamu seperti mengunci dirimu sendiri. 

Mungkin inilah yang orang-orang sebut dengan Quarter Life Crisis. Setelah memasuki usia 20-an, aku rasa kamu benar-benar mengalami fase itu. Kamu merasa tak menentu, hilang arah, kesepian, bingung, dan tak jelas mengenai masa depan dan kehidupanmu. Kamu terus mengalami benturan antara apa yang kamu inginkan dengan realita yang terjadi. Kamu marah, kesal, dan kecewa. Kemudian setelahnya, kamu jadi masa bodo. Kamu tidak peduli lagi dengan apa yang akan terjadi pada hidupmu kedepannya. Kamu hidup, menjalani rutinitas harian, berpura-pura tertawa bahagia bersama teman-teman, ikut kegiatan sana-sini, tapi hatimu kosong. Lama-lama kamu seperti robot.

Tapi kalau dipikirkan lagi dengan benar, ini hanya Quarter Life Crisis. Hanya sebuah fase hidup. Kamu hanya perlu melaluinya. Aku pikir wajar jika kamu mengalami hal ini, dan bukan hanya kamu saja yang sedang mengalaminya, tapi orang-orang di luar sana yang seusia denganmu juga mungkin sedang mengalaminya. Tidak usah lebay! Aku yakin kamu akan segera melalui ini.

Hey, kamu punya Tuhan. Ada Allah bersamamu. Kenapa kamu harus sebegitu takutnya? Lagian juga hidup ini hanya sementara. Kenapa kamu sampai sebegitunya pada kehidupan yang hanya sementara ini?

Tidak usah berlebihan. 

Apa kamu ingat apa yang kutulis untukmu di surat tahun lalu?

(Terkait : 21)

Banyak bersyukur.

Daripada memikirkan apa yang tidak kamu dapatkan, coba pikirkan berapa banyak yang sudah kamu dapat? Aku pikir jika dibandingkan dengan kegagalanmu, kamu mendapat lebih banyak pencapaian walau kamu tak pernah menyadarinya. Jangan terlalu fokus pada kegagalan, coba lihat hidupmu baik-baik, berhenti terus melihat hidup orang lain.

Aku yakin Quarter Life Crisis bisa menjadi refleksi bagimu. Alih-alih terperangkap dalam fase itu, kamu bisa menata ulang hidupmu. Tidak ada salahnya kembali bermimpi, ayo bersamaku kita susun lagi tujuan hidup ke depan. Kamu masih punya aku, diriku. 

Lalu, jika tidak ada satupun yang berjalan baik untukmu, ya sudah, lakukan saja apa yang membuatmu bahagia. Tidak usah marah-marah, apalagi sampai kecewa dan hidup masa bodo. 

Yang perlu diubah bukan dirimu, tapi mindset-mu. 

Ayo, kita hidup lebih baik. Rencana Allah memang selalu tidak terduga, dan pasti suatu waktu bertentangan dengan keinginanmu, tapi kamu harus menyadarkan diri bahwa mungkin itu adalah yang terbaik untukmu. 

(Tarik napas kemudian hembuskan)

Mari berdamai dengan kehidupan. 

Hidup ini singkat, fana. Setelah kehidupan yang fana inilah yang kekal. Kamu sudah punya bekal apa? Jika terus memerangkap diri pada kehidupan dunia, lalu kapan kamu mengumpulkan bekal untuk kehidupan akhirat? 

Usiamu 22, bahkan saat tulisan ini selesai ditulis kamu akan segera berusia 23. Tidak apa-apa jika nanti kamu tidak berhasil mencapai apa yang kamu impikan. Tidak apa-apa jika nanti kamu tidak sehebat orang-orang. Selama kamu melakukan segala upaya yang terbaik, walaupun nantinya tidak menjadi yang terbaik, tidak apa-apa. You’re doing great, dan aku akan memelukmu, diriku. Selama kamu berkeinginan untuk membawa kebermanfaatan bagi orang lain, selama kamu menjadi orang yang baik-baik, selama kamu selalu mengupayakan kebahagian untukmu dan sekitarmu, aku yakin walau kamu ‘gagal’ dalam pencapaian impian‘dunia’mu kamu akan baik-baik saja. 

22 hanya angka. Yang terpenting apakah di usiamu yang berada di angka itu kamu bisa berproses untuk menjadi lebih baik? Atau jangan-jangan kamu sama saja seperti tahun-tahun sebelumnya atau bahkan lebih buruk? Semoga saja tidak begitu.

Ayo lalui Quarter Life Crisis ini sama-sama, dan menjadi lebih baik di tahun-tahun selanjutnya.

Selamat mendewasa, diriku~ Maaf telat mengucapkan. 


(Maret, 2020)

Komentar

Postingan Populer