Change Up [Ngobrol]


Aku ingin membahas sebuah tulisan lama, yang ditulis pada awal tahun 2016. –ini seperti sebuah nostalgia.
Seingatku, dulu aku adalah seorang gadis yang sibuk. Hampir setiap hari aku berkutat dengan urusan organisasi. Tapi bukan berarti dengan fokus pada organisasi aku melupakan pealajaran, tidak sama sekali. Saat di SMA hampir setiap semester aku menduduki peringkat pertama, hanya sekali selama tiga tahun aku duduk di peringkat kedua. Nilai ujianku selalu bagus, aku hampir tak pernah mengenal kata ‘remedial’. Saat presentasi ataupun forum Tanya jawab aku selalu merajai. Ah ya, bahkan saat pengumuman kelulusan, aku dinobatkan sebagai perain nilai UN tertinggi di sekolah. Selain itu, aku pun menjadi lulusan terbaik di jurusanku. Ah, masa SMA menjadi masa yang menyenangkan. Aku lulus dengan prestasi yang gemilang. Duniaku seperti berjalan sesuai dengan keinginanku. Menjadi siswa yang aktif dan berprestasi, banyak dikenal dan akrab dengan guru-guru, dan punya sahabat yang satu frekuensi (maksudku, punya kegilaan) yang sama. Hari-hariku yang menyenangkan dipenuhi oleh setumpuk kegiatan organisasi yang menggembirakan, disana aku dilatih untuk menjadi seorang yang idealis. Aku pun punya sebuah impian yang sangat ingin kuwujudkan pada masa itu. Kuliah di Universitas Indonesia. Saat mengucapkan kata Universitas Indonesia, entah mengapa tubuhku bergetar. Pikiranku mulai fokus dan bergegas berlari kearahnya. Masa itu, duniaku, sangat bersemangat. Tak peduli dengan apa yang dikatakan orang-orang tentang impianku, aku menjadi tuli sesaat, membiarkan ucapan orang menguap begitu saja.
Karena aktif di dua organisasi sekaligus semasa SMA, tak jarang aku diikutsertakan dalam berbagai acara pelatihan dan seminar. Melalui acara-acara itu, aku banyak bertemu dengan orang-orang yang menurutku hebat. Acara pelatihan dan seminar yang sangat bermanfaat itu semakin membuntuk kepribadianku. Orang-orang serta lingkungan di sekitarku pun turut memberikan andilnya dalam membentuk kepribadianku yang sekarang ini, aku tumbuh ditempat yang baik, ya aku rasa. Dalam masa pendewasaan diri saat itu, pikiranku banyak disusupi oleh pemikiran-pemikiran orang hebat (menurutku) yang lambat laun mulai memengaruhi diriku. Iya, aku jadi ketularan ingin menjadi hebat dan bermanfaat seperti mereka. Oh ya ampun! Sebentar, bagaimana bisa aku sesombong ini? Iya, itu karena sekarang tidak begitu lagi adanya. Masa menyenangkan itu sudah berlalu. 
Aku yang sekarang seakan mati suri. Tak bisa lagi kubedakan mana yang sebenarnya hidup. Hidupku, mati. Bersama semua impian, harapan, dan ambisi.
-28/01/16
Dua tahun berlalu, tepatnya dua tahun lebih tiga bulan, sejak tulisan itu ditulis. Entah apa yang sedang aku pikirkan saat itu, tiba-tiba aku menulis itu semua. Mungkin karena gagal masuk Perguruan Tinggi Negeri? Mungkin. Dan sepertinya, memang iya. Kalau aku baca lagi tulisan diatas, ah, kok aku serasa lebay banget! Hahaha! Engga, saat itu aku hanya perempuan biasa yang sedang patah hati karena gagal masuk PTN. 

Aku pernah menulis tentang ini sebelumnya, bahwa hidup selalu saja tidak terduga. Aku percaya bahwa tidak ada do’a yang tidak dikabulkan. Bisa jadi dikabulkan saat itu, dikabulkan nanti, atau Allah ganti dengan yang lebih baik. Untuk kasusku, sepertinya Allah memberikan hal yang lebih baik dari apa yang aku inginkan. Iya, semua keinginanku Allah kabulkan dengan mengganti semuanya. Memberikan apa yang tak pernah terbayangkan olehku. Tapi aku yakin, itu lebih baik. 

Rasa patah hati yang aku rasakan (karena gagal masuk PTN) berlangsung cukup lama. Aku baru merasa lebih ikhlas dengan segala hal yang terjadi padaku pada awal tahun 2017. Sepanjang pertengahan tahun 2015 sampai awal tahun 2017 itu, aku merasa waktu bergerak sangat lambat. Aku merasa hampa dari waktu ke waktu. Aku merasa seperti tidak punya tujuan. Hidup ya hidup saja, seperti terserahlah hidup mau seperti apa juga. Aku tidak peduli. Dan sejak saat itu, aku berhenti punya mimpi. Buat apa mimpi-mimpian? Mimpi cuma bikin sakit hati. Hahaha! Aku kini menyadari bahwa perempuan yang gagal dalam pencapaian semua mimpi, harapan, dan ambisinya bisa sangat berbahaya.

Iya, dulu aku masih sangat labil (sampai sekarang juga sih sebenarnya, haha!). Saat itu, aku sedang berada dalam masa transisi dari Remaja ke Dewasa awal. Mohon maklumi kalau aku terkesan berlebihan. 

Tentang mimpi (yang sebenarnya tidak kesampaian) bisa dibaca lewat sini : http://nurefye.blogspot.co.id/2015/10/apakah-mimpinya-yang-terlalu-besar_12.html?m=1

Titik awal perubahan hidupku dimulai dengan menjadi Guru TK. Hal yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya. Sama sekali tidak! Sejak dulu, aku tidak pernah menyukai anak kecil. Bagaimana bisa seorang yang tidak menyukai anak kecil menjadi guru anak-anak kecil? Aku berpikir tidak bisa. Namun setelah dijalani, ternyata tidak begitu buruk. Ternyata aku bisa, kok. Anak-anak kecil itu sebenernya lucu (walaupun tetap ada beberapa juga yang menyebalkan) dan hal yang selama ini aku bayangkan tentang anak kecil yang sebenarnya adalah penjelmaan monster tidak sepenuhnya benar. Aku keliru. Dari hal itu aku belajar untuk tidak cepat menarik kesimpulan. Aku belajar untuk tidak memujmalkan sesuatu tanpa aku ketahui detailnya. Aku belajar untuk tidak sembarangan berkomentar, berspekulasi, tentang apapun itu yang bahkan belum aku rasakan sendiri. Aku belajar banyak hal dengan menjadi Guru TK. Mungkin, ini adalah salah satu episode paling penting dalam hidupku. (Dan juga, aku bertemu kamu lagi dan lagi. Ini sangat menyenangkan! Maksudku, menjadi Guru TK sangat menyenangkan!)

Tentang awal mula aku menjadi Guru TK bisa dibaca lewat sini : http://nurefye.blogspot.co.id/2016/07/tentang-menjadi-guru-tk.html?m=1

Aku seharusnya lebih banyak bersyukur. Allah sangat baik padaku. Aku ingat suatu hari, saat hari pertama aku menjadi mahasiswa di Perguruan Tinggi yang bahkan tidak pernah terbayangkan olehku aku akan kuliah disana, saat itu aku sedang sedirian. Aku belum bertemu teman sekelasku. Aku bahkan tidak tahu siapa saja mereka. Wajar saja karena aku tidak mengikuti masa orientasi. Saat sedang sendiri itu, tiba-tiba aku dihampiri oleh beberapa orang. Aku kenal dengan salah satu dari orang-orang itu, karena sebelumnya pernah bertemu di satu acara. Yang aku tahu (setelah ngobrol-ngobrol singkat) ternyata mereka berbeda jurusan denganku. Nah katanya, mereka menghampiriku karena aku sendirian. Oke, bolehkan aku tersentuh? Namun, aku lebih tersentuh dengan hal lain! Salah satu dari mereka bercerita bahwa dia sangat senang bisa berkuliah. Setelah lulus SMA, dia langsung bekerja. Padahal dia sangat ingin kuliah. Dia harus menunggu selama satu tahun untuk bisa berkuliah. Aku bisa melihat dari ekspresi wajahnya, bagaimana dia bercerita, dia benar-benar terlihat sangat senang saat berkata dia akhirnya bisa kuliah. Dia terlihat bangga walau dia berkuliah di Perguruan Tinggi Swasta. Sangat kontras sekali berbeda denganku. Hari itu aku pergi seperti yang kepaksa. Kayak yang mau nggak mau gitu. Setelah pertemuan itu, aku sedikit tersadar bahwa sebesar apapun pencapaian yang aku raih, namun jika aku tidak bersyukur, aku tidak akan pernah merasa puas. Bersyukur. Aku belajar untuk lebih banyak bersyukur. Mensyukuri apa yang telah Allah berikan. Orang lain mungkin bersusah payah dulu untuk dapat berada di posisi yang sedang aku jalani saat ini. Namun aku, yang sudah ada di posisi itu, malah merasa bahwa aku belum cukup berlari. Merasa belum cukup. Merasa tidak puas. Kurang bersyukur. Iya, ini adalah hal yang salah. 

Beberapa luka ternyata bisa sembuh dengan sendirinya. Seperti salah satunya, luka akibat patah hati (yang sebetulnya dibuat-buat sendiri) ini. Aku percaya bahwa semakin dewasa seseorang, pola pikir dan cara pandangnya terhadap dunia juga berubah. Semakin dewasa, aku semakin berpikir bahwa tidak ada gunanya meratapi kegagalan yang sudah berlalu. Allah maha baik dengan memberikan hal lain yang bisa aku lakukan, aku kembangkan, daripada terus menerus terjebak pada masa lalu. Aku kini seperti menyusun ulang semua rencana hidupku. Aku tidak bisa benar-benar berhenti punya mimpi memang. Tentu saja, aku tidak bisa melakukan hal itu. Mimpi masa SMA itu masih ada, tidak semuanya memang, hanya beberapa. Aku tidak tahu apakah akan bisa diwujudkan atau tidak, atau barangkali aku akan mengembangkan hal lain saja? Aku belum tahu.

Ah ya mengenai impian, seingatku aku pernah menulis ini sebelumnya, bahwa impianku kini menjadi lebih sederhana. Mau jadi apapun aku, tidak masalah. Yang penting tidak merugikan diri sendiri, apalagi orang lain. Mau jadi apapun aku, tidak masalah. Yang penting aku bisa berkontribusi untuk lingkungan sekitarku. 

Dua tahun berlalu, nyatanya hidupku baik-baik saja. Dulu, akunya saja yang terlalu berlebihan. Aku harus lebih banyak mensyukuri apa yang sudah kucapai, serta bersungguh-sungguh melakukan apa yang tengah aku lakukan. Jangan mageran~ Jangan nunda-nunda kerjaan juga! Berhenti jadi penunggu deadline!

Dua tahun berlalu, dan im fine. Aku baik-baik saja. Hidupku saat ini mungkin lebih baik dari apa yang selalu aku bayangkan saat masih SMA dulu. Aku tumbuh dewasa dengan baik.



(Photo source : @ukwanghyun)

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer