That Satnight [Cerpen]

(photo source: disini)

Ini malam minggu, dan tidak seperti malam-malam minggu biasanya, selepas maghrib terjadi keributan di pekarangan depan Rumah Kos ini. Orang-orang dari dalam rumah mulai berbondong-bondong keluar, penasaran dengan apa yang terjadi. 

Tiga orang laki-laki yang tampak seperti preman dengan tubuh kekar dan wajah garang sedang memukuli seseorang, sementara tak jauh dari mereka ada seorang laki-laki lain dengan jas rapi sedang mengamati. Orang yang dipukuli sama sekali tidak melawan, wajahnya sudah babak belur dengan darah yang terus keluar dari hidung, namun ia terlihat pasrah saja menerima setiap pukulan. 

Beberapa laki-laki penghuni kos yang keluar tampak kaget saat meyadari bahwa orang yang tengah dipukuli itu adalah Faby, salah satu penghuni kos ini juga. Mereka berusaha melerai, tapi tak berhasil. Tiga preman itu terus memukuli Faby dengan membabi buta. Para penghuni kos putri yang melihat kejadian itu dari lantai atas kemudian berinisiatif menelepon polisi. 

Dari sebrang jalan, Bapak Pemilik Kos beserta istrinya tampak berlari dengan tergesa mendekati keributan yang terjadi. Mereka langsung kaget setelah melihat Faby. Bapak pemilik kos segera menghampiri Faby yang sudah terbaring tak berdaya di tanah. Beberapa orang penghuni kos yang ada di sana juga ikut mendekati Faby.

Astaghfirullah! Ada apa ini? Kalau ada masalah bisa dibicarakan baik-baik, toh, nak!” Bapak pemilik kos langsung berteriak pada tiga preman itu. 

Salah satu dari tiga preman itu seperti akan memukul bapak pemilik kos, namun tiba-tiba dihentikan oleh laki-laki ber-jas rapi yang sedari tadi hanya mengamati. Laki-laki itu berjalan pelan ke arah bapak pemilik kos dan Faby yang tak berdaya.

“Bapak tidak usah ikut campur, ya! Ini urusan saya sama anak tidak tahu diri itu!” ucapnya sambil menunjuk Faby dengan telunjuk.

“Kekerasan tidak menyelesaikan masalah, nak..” Bapak Pemilik Kos berucap pelan.

“Dia perlu diberi pelajaran! Salahnya sendiri memacari istri saya!” tegas laki-laki itu.

Mendengar itu, Bapak pemilik kos serta semua yang ada di sana langsung kaget. Mereka tidak percaya, pasalnya ini Faby, lho, laki-laki paling waras dan sholeh serumah-kos itu. 

Suara sirine dari mobil polisi terdengar semakin mendekat. Tak lama, dua orang polisi datang menghampiri lokasi kejadian. Tanpa basa-basi mereka meminta semua orang yang terlibat ikut ke kantor polisi untuk dimintai keterangan. 

Malam itu, tiga preman yang memukuli Faby, Laki-laki berjas yang merupakan bos dari para preman, Bapak pemilik kos, dan Faby –yang walaupun babak belur, tapi masih memiliki kesadaran pergi ke Kantor Polisi. 

Di Kantor Polisi, setelah melalui diskusi yang panjang, Faby dan Laki-laki ber-jas rapi itu akhirnya berdamai dan menyelesaikan segala permasalahan mereka dengan kekeluargaan, namun dengan satu syarat, Faby harus putus dengan istri laki-laki itu dan tidak mengganggu rumah tangganya lagi. Faby menyanggupi. 

Malam itu, setelah semua urusan di kantor polisi selesai, Bapak pemilik kos membawa Faby ke Klinik untuk mengobati luka-luka Faby terlebih dahulu sebelum pulang. Dalam perjalanan, mereka berdua yang biasanya senang mengobrol, kali ini sama-sama terdiam. Bapak pemilik kos kelihatan masih kaget setelah mengetahui diri Faby yang sebenarnya. 

Faby, tidak sebaik kelihatannya. 

Handphone Faby terus saja berdering, layarnya menampilkan gambar seorang perempuan. Itu pacarnya, atau sebut saja istri laki-laki tadi. Faby menatapnya sebentar, kemudian menekan tombol answer.

Malam minggu itu, berbeda dari malam-malam minggu biasanya.


“If you need someone who can love you while he’s gone

baby, you got my number, got my number

When you realise, it ain’t him that’s on your mind

baby, you got my number, got my number”

-Got My Number, Monsta X


(Oktober, 2020)

Komentar