Kisah Wolfie dan Rabit [Cerita Anak]

Suatu hari, hiduplah seekor serigala dan seekor kelinci di sebuah kebun binatang kecil di pinggiran kota. Serigala itu bernama Wolfie, sementara si kelinci bernama Rabit. Wolfie senang sekali mengganggu Rabit. Setiap sore, sesaat setelah kebun binatang tutup, Wolfie akan segera menghampiri rumah Rabit untuk menganggunya, entah itu dengan sengaja membuang makanan yang disajikan staf kebun binatang, membuat Rabit jatuh, atau terus mengolok Rabit dengan kata-kata yang tidak baik.

"Ih, Rabit ndut!" teriak Wolfie.

Rabit yang mendengar hal itu sudah tidak merasa aneh lagi. Ia tidak tahu kenapa Wolfie sering mengganggunya, padahal ia merasa tak pernah mengganggu wolfie. Hanya Wolfie satu-satunya hewan yang tidak mau berteman dengannya. 

"Hey, Rabit! Sini keluar!" teriak Wolfie tepat di depan rumah Rabit.

Rabit buru-buru beranjak untuk membuka pintu. Seperti biasa, Wolfie ada di teras rumahnya dengan muka menyebalkan. 

"Rabit dengerin, ya! Kamu itu nggak usah sok imut di depan manusia, jijik tahu!" seru Wolfie.

Rabit menunduk, "Aku nggak kayak gitu, maaf.." gumamnya.

"Ih, dasar!" Wolfie berseru marah, kemudian mendorong Rabit hingga tersungkur. Wolfie segera pergi tanpa menoleh ke arah Rabit yang mengaduh kesakitan. 

'Biarin aja!' Wolfie berucap dalam hati sambil melenggang pergi.

Rabit masih mengaduh kesakitan. Badan mungilnya terasa sakit. Ia segera berdiri dan masuk kembali ke dalam rumah, meninggalkan tatapan kasihan dari hewan-hewan lain yang melihat kejadian itu. Tidak ada yang berani membantu rabit atau melawan Wolfie. Wolfie terlalu menakutkan! Mereka takut dimangsa Wolfie.

Hari-hari berlalu, Wolfie masih terus menganggu Rabit seperti biasa. Kali ini ia bersama teman-teman hewannya yang lain datang ke rumah Rabit dan mulai mengacak-acak rumah Rabit. Mereka juga membuang makanan Rabit sambil tertawa dan mengolok-olok. Wolfie mendorong Rabit hingga jatuh kemudian pergi menyusul teman-temannya.

Rabit pikir ini adalah yang paling parah. Rabit benar-benar marah kali ini.

"Pergi dari siniiii!" teriak Rabit.

Wolfie dan teman-temannya kompak menoleh pada Rabit, kemudian tertawa. 

"Wolfie kenapa ganggu Rabit terus? Rabit kan nggak pernah ganggu Wolfie.." ucap Rabit pelan, takut, tapi tetep masih ada rasa marah sedikit.

"Soalnya Rabit nyebelin! Dasar, Rabit ndut! Rabit jelek!" seru Wolfie.

Mata Rabit mulai berkaca-kaca. Ia akan segera menangis.

Sementara Wolfie, setelah puas menghancurkan rumah Rabit, ia dan teman-temannya kemudian pulang ke rumah masing-masing. Besok, mereka berencana akan kembali mengganggu Rabit lagi bersama-sama.

Setelah Wolfie dan teman-temannya pergi, Rabit mulai menangis. Ia sedih karena terus diganggu Wolfie. Rabit harap Wolfie bisa merasakan bagaimana rasanya menjadi dirinya. Rabit tidak mau diganggu Wolfie lagi.

Wolfie pulang ke rumahnya dengan perasaan senang. Wolfie pikir hari ini ia terlalu jahat pada Rabit, tapi tidak apa-apa, biar Rabit tahu rasa. Wolfie benci Rabit sejak pertama kali kebun binatang kecil ini dibuka. Rumahnya bersebrangan dengan rumah Rabit, dan dapat dilihatnya dengan jelas setiap hari manusia selalu berkerumun di depan rumah Rabit. Manusia senang bermain dengan Rabit, tapi tidak ada satu pun manusia yang mau bermain dengan Wolfie. Manusia selalu terlihat ketakutan ketika melihat Wolfie, padahal Wolfie tidak melakukan apapun, Wolfie tidak jahat sama sekali. Wolfie  juga ingin bermain dengan manusia, ingin disayang juga seperti Rabit, tapi hal itu tidak pernah terjadi. Wolfie iri pada hidup Rabit. Karena alasan itulah, Wolfie jadi marah dan membenci Rabit. Wolfie kemudian mulai mengganggu Rabit karena rasa irinya.

Keesokan harinya, matahari terbit dan menyinari langit seperti biasa, satu persatu hewan mulai bangun. Begitu pun dengan Rabit. Sesaat setelah bangun, Rabit langsung menghela napas. Ia mulai membayangkan harinya akan sangat melelahkan karena terus diajak main oleh manusia, ditambah lagi ini adalah akhir pekan. Manusia akan lebih banyak yang berkunjung. Rabit rasanya ingin pergi saja, tapi ia tidak bisa dan tidak akan pernah bisa. Dengan langkah berat, rabit beranjak dari tempat tidurnya. Tapi, tunggu! Sepertinya ada yang aneh. Ini tidak seperti rumahnya. Tempat tidurnya berbeda, dindingnya berbeda, lemarinya berbeda, semuanya tampak berbeda! Tunggu, tubuhnya pun berbeda! Rabit segera menyentuh tubuhnya sendiri. Sejak kapan ia jadi sebesar ini? Masih dengan rasa kagetnya, rabit dengan tubuh asing itu segera keluar dari rumah. Dari pantulan kaca jendela, ia bisa melihat Wolfie. Tunggu, Wolfie? Kenapa wolfie? Apa Rabit berubah menjadi Wolfie?

Rabit segera menoleh ke arah rumahnya. Dari sana, keluar seekor kelinci --itu tubuhnya dengan wajah yang tampak kaget.

'Kalau rabit ada di sini, lalu itu siapa?' Rabit terus bertanya-tanya dalam hati.

Di tempat yang berbeda, Wolfie tampak kaget karena sekarang ia berubah menjadi seekor kelinci. Ia baru saja akan pergi ke rumahnya dan dapat dilihatnya dengan jelas dirinya sendiri keluar dari rumah itu. Itu dirinya, maksudnya tubuhnya, oke, apa ini? Wolfie berniat untuk menghampiri serigala itu, namun ia urungkan karena kebun binatang telah dibuka. Beberapa pengunjung nampak memasuki kawasan Rumah Kelinci. Wolfie hanya pasrah ketika sekelompok anak kecil mendatanginya dengan penuh semangat, kemudian mereka menggendongnya, mengusapnya, menekan-nekan telinganya, berlarian mengejarnya, dan banyak hal! Wolfie yang berada dalam tubuh kelinci itu merasa benar-benar tidak nyaman. Apa ini yang dirasakan oleh Rabit? Wolfie tiba-tiba memikirkan Rabit.

Sementara Rabit dalam tubuh Wolfie saat ini sedang bersantai. Ia duduk di teras rumahnya –maksudnya, rumah wolfie, sambil mengamati tubuhnya sendiri. Ia merasa kasihan dengan hewan yang ada dalam tubuh itu. Para pengunjung kebun binatang, yang sebagian besar adalah anak-anak, memang sedikit menakutkan. Mereka akan terus mengajak main Rabit sampai orangtua mereka membawa mereka pulang. Rabit tidak tahu apa yang sedang terjadi, tapi ia merasa sangat senang bisa beristirahat seperti ini.

Menjelang petang, Wolfie tiba-tiba terbangun saat mendengar suara-suara ribut. Saat membuka mata, dapat dilihatnya Ella –seekor burung elang dan Lia –seekor anak singa, tengah berdebat. Rabit tidak tahu apa yang sedang terjadi. Ella dan Lia adalah teman Wolfie. 

“Wolfie! Ayo ke rumah Rabit lagi!” seru Ella.

“Iya, Wolfie! Ayo ganggu Rabit lagi! Kemarin seru banget!” ucap Lia kali ini.

Belum sempat menjawab, kedua hewan itu sudah pergi lebih dulu menuju rumah Rabit. Rabit yang masih ada dalam tubuh Wolfie  segera mengikuti kedua hewan itu.

Di rumah Rabit, Wolfie yang kelelahan sedang merenggangkan badannya. Memikirkan para pengunjung hari ini, membuat Wolfie harus menarik kata-katanya yang ingin menjadi Rabit. Wolfie tidak mau lagi menjadi Rabit! Saat sedang beristirahat itu, tiba-tiba pintu dibuka dengan sangat kasar. Wolfie kaget. Ia langsung menoleh dan dapat dilihatnya dirinya sendiri dan dua temannya sedang mendatanginya. Apa ini?

“Hey, Rabit! Kita datang lagi mau ganggu kamu!” seru Ella.

“Iya, iya!” tambah Lia.

“Teman-teman, ini aku! Wolfie!” seru Wolfie dalam tubuh kelinci.

Ella dan Lia tentu tidak percaya. mereka menyuruh Rabit yang ada dalam tubuh Wolfie untuk mulai mengacak-acak rumah Rabit. Tapi Rabit malah diam saja. Ia tidak sengaja melihat tatapan memohon dari Wolfie dalam tubuhnya. Rabit jadi tidak tega.

Akhirnya, Rabit menyuruh Ella dan Lia untuk menghentikan segala kegiatan mereka yang sedang mengacak-acak rumah. Rabit bilang mau berhenti jadi penganggu dan menyuruh kedua hewan itu untuk pulang. Ella dan Lia akhirnya pulang dengan kesal.

“Wolfie, ini aku Rabit.” ucap Rabit dalam tubuh Wolfie.

Wolfie dalam tubuh Rabit hanya menunduk, 

“Aku minta maaf, Rabit. Aku menyesal sering ganggu Rabit. Ternyata jadi Rabit itu nggak enak! Aku mau jadi Wolfie lagi!” ucap Wolfie.

“Aku sering iri sama Rabit karena Rabit disukai manusia, sementara aku enggak. Aku pengen hidup kayak Rabit. Tapi ternyata, Rabit juga kesusahan banget karena manusia-manusia itu. Maafin aku ya, Rabit..” tambah Wolfie dengan nada yang amat menyesal.

“Iya, Wolfie.. aku udah maafin, kok. Tapi, jangan iri lagi ya sama hidup orang lain..” ucap Rabit.

“Iya, Rabit.. Aku janji aku akan mensyukuri hidupku dan nggak iri lagi sama hidup orang lain. Huhuhu aku mau jadi Wolfie lagi!” seru Wolfie.

“Aku nggak ngerti gimana ini bisa terjadi, tapi coba kita tunggu aja sampai besok pagi. Siapa tahu kita berubah lagi!” seru Rabit.

Wolfie hanya mengangguk.

Esoknya, pagi-pagi sekali, Rabit dan Wolfie sudah kembali ke tubuhnya masing-masing. Wolfie merasa senang dan langsung semangat membangunkan Rabit, Rabit yang baru bangun juga merasa sangat senang bisa kembali ke tubuhnya lagi.

Sejak hari itu, Wolfie berubah menjadi serigala baik dan senang berteman dengan hewan-hewan lain. Ia tidak lagi jadi pengganggu. Hewan-hewan lain juga mulai menyukainya. Sekarang, Wolfie dan Rabit menjadi sahabat.


-Fin

(April, 2021)

Komentar

Postingan Populer