Sehari Sebelum Ramadhan [Ngobrol]

(Foto milik Katalis Sachi)

Tepat sehari sebelum ramadhan, random sekali, tiba-tiba aku merasa nggak siap. Iya, nggak siap untuk memulai ramadhan. Belum pasti alasannya apa, tapi tiba-tiba aku jadi ketakutan sendiri. Aku merasa ramadhan kali ini datangnya terlalu cepat dan aku belum punya persiapan apa-apa. Tahun ini, aku benar-benar merasa khawatir jika ramadhan terlewati begitu saja, iya seperti yang sudah-sudah, kayak sekedar cuma lewat aja tanpa ada hal yang bisa kupelajari. 

Beberapa tahun ke belakang, hidupku emang agak rumit. Dalam proses mendewasa, aku banyak banget mikir tentang ini-itu, yang secara nggak sadar juga berdampak pada perubahan pola pikir dan tingkah laku. Iya, beberapa tahun terakhir ini, aku hidup ya cuma hidup aja. Beda banget kalau dibandingin sama aku saat masa SMA. Dulu, walau masih jadi remaja labil, tapi prinsip hidupku kuat. Beda banget sama sekarang, yang walaupun dari segi usia udah bisa disebut dewasa, tapi tetep labil dan makin parah karena nggak punya prinsip, nggak tahu mau kemana, nggak tahu mau jadi apa. Hmmm...

Sehari sebelum ramadhan, aku banyak mikir ini-itu. Tiba-tiba, aku jadi ingat ramadhan saat aku masih kecil. Kalau aku disuruh milih ramadhan mana yang paling menyenangkan, tentu aku akan langsung jawab, ramadhan saat aku masih kecil. Mungkin ini bukan hanya berlaku untukku saja, tapi sebagian orang juga. Waktu aku masih kecil, aku menganggap ramadhan benar-benar bulan yang istimewa dan menyenangkan. Takjil-an bersama teman-teman, Tarawihan ke mesjid bersama keluarga –plus karena masih kecil, bisa istirahat di tengah-tengah shalat, dan momen berbuka adalah momen yang sakral. Di momen menjelang berbuka, segala macam makanan ada, bahkan aku sering banget nabung makanan dari siang, hahaha! Ada yang mengalaminya? Waktu kecil, yah namanya juga kan anak kecil, waktu berbuka tuh kayak pembalasan dendam. Pernah suatu hari, di waktu berbuka, aku makan segala macam makanan yang bikin aku berakhir sembelit, lamaaaa banget di kamar mandi sampe menjelang isya! Hahaha! Dan ya, hal lain yang menyenangkan dari ramadhan saat kecil adalah kegiatan ngabuburit. Kegiatan jalan-jalan di sore hari sambil menunggu waktu berbuka. Pokoknya, kalau diingat-ingat lagi, aku punya ramadhan masa kecil yang menyenangkan.

Beda banget sama sekarang, bukan berarti ramadahan nggak menyenangkan lagi, tapi seiiring bertambahnya usia, aku merasa banyak banget hal yang jelas berbeda. Aku juga sadar kok, aku nggak bisa menginginkan kehidupan ramadhan seperti anak kecil seterusnya. Selalu ada siklus dalam kehidupan, dan aku nggak bisa terus di tempat yang sama untuk waktu yang lama. 

Sehari sebelum ramadhan, yang walaupun ditemani dengan segala macam kekhawatiran, aku tetap ngejalanin. Iya kan nggak bisa juga aku minta ramadhan diundur atau di’re-schedule’ gitu? Jadi, nggak ada yang bisa kulakukan lagi selain menerimanya. 

Hal baik dari ramadhan tahun ini adalah aku masih bisa bersama-sama dengan keluarga, lengkap selengkap-lengkapnya. Masih bisa bangun sahur dengan mendengar suara bapak atau mamah yang bangunin, atau sahur yang tinggal makan aja gitu tanpa harus ini-itu dulu. Tarawih juga, karena tahun ini untuk sebagian wilayah udah bisa tarawih di mesjid, jadi ya tahun ini bisa berangkat bareng untuk tarawih di mesjid (minus mamah yang lagi sakit, mudah-mudahan cepet sembuh, huhu!). Aku bisa dibilang cukup beruntung karena bisa memulai ramadhan dengan keluarga, kalau lihat temanku yang mau sahur pertama dengan keluarga aja harus pulang kampung dulu, urus cuti ini-itu, dan sebagainya pokoknya ribet! Atau temanku yang lain yang keluarga sudah nggak lengkap karena berpulang duluan, beberapa hari sebelum ramadhan, ia dan keluarganya nyekar dulu dan berakhir nangis karena kangen. Alhamdulillah, aku mah keluarga masih lengkap, makan tinggal makan, seharian ya kalau enggak nonton drakor  ya rebahan, harusnya bersyukur punya hidup yang enak! Astagfirullah.. harusnya aku lebih banyak bersyukur. 

Sehari sebelum ramadhan, saat Tarawih pertama, aku tiba-tiba sadar kalau aku jarang banget ke mesjid. Astagfirullah.. khusunya untuk mesjid sekitar rumahku, kayaknya cuma setahun sekali, itupun saat Tarawih. Pengajian malas, ngajar sekolah agama nggak mau, maunya rebahan aja terus sambil nonton drakor! Sehari sebelum ramadhan itu, aku mikir tentang banyak hal. Mungkin masalahnya ada di aku. Akunya yang harus berubah, akunya yang harus lebih peka sama keadaan sekitar, akunya yang harus mulai membenahi diri. Supaya ramadhan tahun ini nggak cuma sekedar lewat gitu aja, akunya yang harus mengusahakan diri biar ramadhan kembali terasa menjadi bulan yang istimewa –seperti saat aku kecil, walau dalam versi berbeda.

Oke, sebenarnya aku nulis ini dalam rangka ikut event ‘NGABUBUWRITE’-nya Penulis Garut. Event ini sebenarnya apa? Kalian bisa stalk Instagram Penulis Garut di @penulisgarut atau cek langsung di web Penulis Garut untuk info yang lebih lengkap. Pokoknya, setiap hari Senin dan Kamis insyaallah aku akan upload tulisan di blog ini. 

Terimakasih untuk kalian yang sudah mengunjungi dan berkenan membaca tulisan ini.

Selamat Ramadhan~ Mudah-mudahan Ramadhanmu benar-benar menjadi bulan yang istimewa. 

#Ngabubuwrite #NgabubuwriteWithPenulisGarut 

(April, 2021)

Komentar

  1. Ayo berbenah diri dongs. Ramadan tahun ini harus istimewa juga seperti Ramadan sewaktu kecil. Meski, dalam versi yang berbeda. Iya, versi yang berbedaaa!

    Semangattts!!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer