Mencinta Tanpa Diminta (next episode)

Beberapa bulan yang lalu..

Siang itu, siang yang tiba-tiba hujan deras. Siang yang mempertemukan dua orang yang sama-sama tidak saling mengenal. Saat itu, Akbar tengah menjalani hukumannya di lapangan sekolah. Sedangkan Shaliha tengah berada di rapat gabungan OSIS di Aula.

Jendela Aula mengarah langsung ke arah lapangan sekolah. Jadi dari tempat dimana Shaliha duduk sekarang, dia bisa melihat dengan jelas Akbar yang tengah dihukum. Akbar tengah menyapu daun-daun yang berguguran di sekitar lapangan. Saat itu, Shaliha melihat wajah Akbar yang tiba-tiba bersinar. Aura pria itu terlihat menyenangkan. Shaliha menatap Akbar intens.

"Hey!". Teman di sebelah Shaliha menepuk pundak Shaliha pelan. Dia merasa aneh, karena daritadi Shaliha terus melamun.

"Eh! Iya!". Shaliha segera menoleh.

"Ngelamunin apa? Itu tuh, ketua OSIS sekolah kamu lagi laporan. Si Agung keren ya?". Ungkap seorang perempuan ber-name tag Anya, yang daritadi duduk di sebelah Shaliha.

"Eh? I.. Iya". Jawab Shaliha pelan.

Anya tertawa singkat, kemudian kembali memperhatikan orang yang sedang laporan di depan.

Shaliha kembali menoleh ke arah Akbar. Dia masih disana, wajahnya memancarkan aura menyenangkan.

"Hey, Hey". Shaliha berbisik pada Anya.

Anya segera menoleh, "Hm?".

"Itu? Siapa dia?". Shaliha menunjuk Akbar.

"Mana?". Anya masih mencari.

"Itu, yang lagi nyapu di lapangan".

Mata Anya membulat. Dia segera menatap mata Shaliha dengan intens.

"Shal, dia itu Akbar Muhammad Feisal. Dia bukan anak baik-baik, setiap hari kerjaannya bikin masalah. Berantem lah, tidur di kelas lah, ngejailin guru, ngejailin temennya, jarang ngerjain tugas, jarang masuk. Ah! Bentar lagi juga di pasti di-DO. Kamu jangan pernah deketin dia, Shal. Kamu jangan ada urusan sama dia!". Jelas Anya. Matanya menatap Akbar dengan sinis.

"Loh, kok kamu tahu?".

"Iyalah, jelas. Semua murid di sekolah ini pasti tahu dia. Dia terkenal banget. Terkenal ga baik". Anya kembali memperhatikan orang yang tengah berbicara di depan.

"Oh, gitu". Gumam Shaliha pelan. Dia kembali menatap ke arah lapangan. Akbar masih disana. Tapi tiba-tiba, hujan turun dengan deras. Sangat deras. Shaliha menatap Akbar disana, dia kehujanan.

Entah kenapa, tiba-tiba Shaliha mengangkat tangannya. Kemudian berdiri dan, "Permisi, izin ke belakang".

Setelah diberikan izin, Shaliha segera beranjak ke luar Aula.

"Eh, mau kemana?". Anya berseru.

"Ke kamar mandi, bentar kok". Shaliha tersenyum singkat, kemudia pergi.

Shaliha berjalan pelan ke arah lapangan. Dari jauh, Akbar terlihat tengah berteduh di pinggir lapangan. Tubuhnya basah kuyup, dia terlihat menggigil. Shaliha berjalan pelan ke arah Akbar. Gila memang! Perlahan, Shaliha membuka jaket bergambar panda yang dipakainya until kemudian, "Hey!". Teriaknya.

Pria itu menoleh, iya Akbar. Akbar Muhammad Feisal menoleh.

"Pakai ini. Kamu menggigil". Ucap Shaliha sambil menyerahkan jaketnya ke arah Akbar.

Akbar hanya menatap Shaliha aneh.

"Ini". Shaliha menyerahkan jaketnya secara paksa, kemudian pergi. Pergi setengah berlari, seperti orang yang di kejar hantu.

Akbar menatap Shaliha. Intens. Dia menggenggam jaket bergambar panda itu. Ada yang ingin dia katakana, tapi Shaliha keburu pergi.

"Hey. Ukurannya terlalu kecil". Gumam Akbar, matanya menatap punggung Shaliha yang mulai menjauh.

Siang itu adalah siang yang tiba-tiba turun hujan. Siang dimana dua orang sama-sama tidak saling mengenal bertemu. Akbar mulai merasakan letupan itu, sedangkan Shaliha sudah lebih dulu merasakannya. Siang itu adalah siang yang istimewa.

(^_^) (>_<)

Bersambung

Komentar

Postingan Populer