Tentang IPM, dan Metamorfosis

"Saya Kader IPM. Terimakasih telah dikader IPM!".

Sebentar lagi milad IPM. Ga kerasa, tahun ini IPM sudah berusia 55 tahun. Angka yang cukup tua untuk manusia. Tapi untuk sebuah gerakan, aku rasa tidak begitu. IPM semakin menunjukkan eksistensinya di usia yang beberapa hari lagi genap 55. Selamat milad untuk IPM. Selalu sukses dan bermanfaat. IPM sebagai gerakan pelajar berkemajuan, semoga terus memajukan dan memberi inspirasi.

Sedikit bercerita tentang IPM. Awal mengenalnya saat pertama kali masuk SMA. Aku masuk salah satu sekolah Muhammadiyah dan diperkenalkan dengannya melalui FORTASI. Seorang kakak kelas menjelaskan bahwa IPM atau Ikatan Pelajar Muhammadiyah adalah sebuah organisasi ortonom yang berada dibawah naungan Muhammadiyah. Peran IPM di sekolah Muhammadiyah tidak jauh berbeda dengan peran OSIS di sekolah Negeri. IPM ini memiliki keunikan tersendiri. IPM hanya ada di sekolah Muhammadiyah dan mempunyai tingkatan (ranting 'sekolah/desa', cabang 'kota/kecamatan', daerah 'kabupaten', wilayah 'provinsi', dan pusat). Itu artinya walaupun kita sudah lulus dari sekolah, kita masih bisa berorganisasi di IPM tingkat cabang atau daerah. Atau mungkin, tidak menutup kemungkinan kita bisa sampai wilayah Dan pusat. Aku mulai tertarik dengan organisasi ini, dan mulai mengikuti setiap kumpulan (di sekolah kami disebut rapat) IPM. Aku yang saat SMP-nya adalah seorang introvert tingkat tinggi, masuk IPM.

Dan selayaknya sebuah organisasi, IPM memberikan pengajaran secara tidak langsung. Tentang banyak hal! Aku ikut pelatihan-pelatihan yang diadakan IPM, termasuk PKTM I dan II. Aku bisa public speaking sekarang karena dulunya belajar di IPM. Iya ih, beneran! Dulu mah aku ga bisa apa-apa. Tapi sekarang, seenggaknya aku bisa ngasih sambutan atau ngasih materi, bisa bicara di depan mimbar dengan santai, dan engga kaku lagi saat bersosialisasi. Aku bisa nyusun acara dan bikin manual acara sekarang karena dulunya aku sering terlibat dalam kepanitiaan di kegiatan-kegiatan IPM. Kan lumayan, seengaknya aku udah punya skill kalau mau bikin EO (Event Organizer). Aku juga punya teman-teman yang 'satu frekuensi'. Lingkungan organisasi sangat berpengaruh dalam membentuk sikap dan kepribadianku. Aku belajar peka terhadap lingkungan dan sesama. Aku belajar tentang kekeluargaan. Aku punya idealisme dan tahu konsep diri karena berada di organisasi. Aku belajar jadi leader di IPM. Sekarang aku engga reuwas (kaget) lagi kalau jadi pemimpin. Aku seenggaknya bisa mengarahkan orang-orang, bisa ngambil keputusan, sekaligus jadi problem solver. Bener, kan? Aku belajar banyak hal di IPM.

Ah iya, apa aku sudah bercerita tentang ini? Saat SMP, aku bukan tipe orang yang gampang bergaul. Aku buruk sekali dalam hal bersosialisasi. Kelas 3 SMP adalah masa yang paling kelam. Saat kenaikan ke kelas 3 SMP, ada sebuah program di sekolah. Seluruh kelas dilebur dan dibagi ke dalam kelas unggulan (disebut 'kelas A') dan kelas regular ('kelas B-J', kalau ga salah sih). Hal tersebut katanya dilakukan untuk memicu prestasi para siswa, agar menjadi siswa unggulan (terbaik). Ah! Walaupun aku senang karena ternyata dipindahkan ke kelas unggulan, tapi aku juga khawatir. Aku punya masalah besar soal sosialisasi dengan orang-orang baru. Aku agak gugup saat akan memulai sebuah pembicaraan dengan orang lain, dan bahkan pernah sampai kehilangan kehiangan kata-kata saat akan mengobrol. Aku jarang mengobrol. Saat ada yang bertanya, maka aku akan menawab (biasanya dengan singkat). Dan saat tidak ada yang bertanya, aku diam saja. Aku lebih sering mengamati mereka, ketimbang gabung dengan mereka. Sedih, bukan? Aku tidak punya banyak teman, karena memang aku jarang bersosialisasi. Aku lebih suka menyendiri (mungkin salah satu alasan aku hobi membaca adalah karena hal ini, dulunya sering sendirian). Bersosialisasi ternyata lebih sulit dari soal fisika yang materinya belum diajarkan guru. Aku hanya akrab dengan satu orang, teman sebangkuku. Begitu seterusnya sampai aku lulus SMP. Entah orang-orang di kelasku akan ingat aku atau tidak. Aku tidak tahu dan tidak peduli juga, sih. Dan nampaknya setelah lulus pun, sifat introvert masih terbawa. Saat masuk SMA, aku masih seorang introvert tingkat tinggi. Saat awal-awal di IPM pun, aku seorang pendiam. Tapi lambat laun, aku mulai berubah tanpa aku sadari. Aku seperti bermetamorfosis. Aku seperti menemukan sebuah cahaya perubahan (lebay! -_-). Dan aku memang telah berubah.

Aku bermetamorfosis di IPM. Aku yang tadinya hanya ulat kecil, ga bisa apa-apa, mulai membuat kepompong dengan terus belajar. Aku merasa menjadi lebih baik dari sebelumnya. Entah aku sudah menjadi kupu-kupu atau belum, aku ga bisa berbangga diri karena aku masih harus belajar lebih banyak lagi. Aku emang belum jadi apa-apa sih sekarang, tapi seenggaknya, aku bisa  menjadi seperti sekarang ini karena dulunya pernah dikader di IPM. Aku perlu terus belajar untuk ngembangin diri nih, biar jadi kader IPM yang keren dan bermanfaat. Aku pengen pertegas sekali lagi bahwa, "Aku Kader IPM. Terimakasih telah dikader IPM! Selamat milad IPM!". (Tiba-tiba ada yang teriak "IPM!", "Jaya!!!").



Komentar

Postingan Populer