Selembar Daun Kering [Poems]

Kita berbeda.

Aku dengan agamaku, dan juga kamu dengan agamamu.

Kita berada pada jalan yang bersilang.

Sejenak kita berpapasan, tapi setelahnya jalan kita berlawanan.

Aku tak bisa mengubah jalanku yang lurus ke jalanmu, begitu pun juga dengan kamu yang tak mungkin berbalik arah lalu menghampiriku.



Kita berbeda. 

Jilbab yang terpasang indah di kepalaku, serta kalung salib yang tergantung di lehermu, mengisyaratkan bahwa kita benar-benar berbeda.

Perbedaan yang sangat jauh, berpuluh-puluh ribu kilometer, atau bahkan lebih dari itu.

Aku dan kamu nggak akan mungkin bisa menjangkaunya.

Ada batasan diantara aku dan kamu, dinding penghalang besar menjulang tinggi disana.



Kita berbeda.

Iya, kita. kamu dan aku.

Semuanya akan terasa rumit jika terus di jalani, dan berubah menjadi sakit bila harus di akhiri.



Selembar daun kering yang tertiup angin, itulah kita.

Tak bisa daun itu berbalik dan terbang melawan arah angin.

Dia tak bisa terbang ke tempat yang ingin dia tuju.

Dia tak bisa, walaupun dia sangat ingin pergi kesana.



Kamu dan aku punya jalan masing-masing.

Berjalanlah di sana, terbanglah sesuai arah angin.

Hingga suatu hari nanti, kita akan bertemu persimpangan yang lebih tepat, buat kamu dan aku.

Dimana pada saat itu, tak ada lagi perbedaan.

Persimpangan itu searah dengan jalanmu.


#


11 Februari 2015

Nur Fitriyani.

Komentar

Postingan Populer